Sejak bulan April lalu, Suprijadi (52) sudah empat kali membawa Waras Yanuar (14) dengan mendorongnya di atas gerobak dari Saradan Madiun menuju Surabaya.
Suprijadi memilih jalan sendiri untuk berjuang mencari kesembuhan anaknya yang lumpuh karena sakit panas ini. Karena Kartu Keluarga (KK) belum beres sampai sekarang.
Sebelum mendorong gerobak ke Surabaya, Suprijadi sudah sering mendorong anaknya di atas gerobak untuk periksa di Puskemas Caruban Madiun dan Wilangan Nganjuk.
“Setiap anak saya kambuh kejang saya bawa ke Puskesmas dengan naik gerobak,” katanya.
Di perjalanan, Suprijadi memodifikasi gerobak buatan sendiri ini dengan kelambu kain seadanya. Di perjalanan kalau Yanuar lapar dan haus dia berhenti ke warung. Setiap perjalanan dia membawa uang saku Rp100 ribu sampai Rp150 ribu hasil pemberian orang di kampung atau hasil kerja di sawah.
“Saya mau minta tolong orang ya sungkan. Saya dorong saja anak saya sak teko tekone (sampai di tujuan),” katanya.
Selama di RSUD Dr Soetomo Surabaya, pengobatan Yanuar dibantu oleh saudara Suprijadi yang bekerja di Rumah Sakit tersebut. Karena Suprijadi tidak enak dibantu terus, maka dia putuskan untuk berobat dengan resmi menggunakan administrasi resmi. Saat ini dia akan mengurus KK agar Pemerintah Kota Surabaya yang menawarkan bantuan bisa terealisasi.
Saat ini, Suprijadi dan istrinya Winarsih bersama Yanuar tinggal di kos-kosan kecil milik Ayu Agustina anak ketiganya di Jl Ki Joyoastro RT 21 RW 8 Kedung Turi, Taman, Sidoarjo. (bid/dwi/ipg)