Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Benowo Surabaya telah dikelola oleh pihak swasta yakni PT Sumber Organik (SO) sejak tahun 2012. Tata kelola dilakukan secara terukur hingga terkurangi dari kesan jorok dan bau.
Pantauan suarasurabaya.net begitu masuk ke TPA Benowo, tampak gunungan sampah tidak lagi ditata sembarangan, hampir semua tertutup rapi baik ditutup tanah yang ditumbuhi rerumputan lebat, maupun yang ditutup membran berwarna hitam.
Di atas gunungan sampah tampak berjajar banyak sumur gas yang terbuat dari pipa besi terlihat menancap di gunungan sampah, kemudian pipa itu saling terkoneksi yang semuanya mengalir menuju pusat pengolahan gas menjadi listrik di tempat gas engine.
Dari total luas lahan 37,4 hektar di TPA, sebanyak 22 hektar digunakan area pengolahan sampah menjadi listrik dengan metode Sanitary Landfill atau memadatkan sampah dan menutupnya untuk mencegah polusi udara. Selebihnya digunakan area kantor yang bersih dan jalan-jalan dibuat asri dipenuhi hijaunya pepohonan di pinggir jalan.
Muhammad Ali Azhar Manager Operasional PT Sumber Organik di TPA Benowo mengatakan, bau tidak sedap yang ditimbulkan dari sampah itu mengandung gas Metana. Maka dari itu, pihaknya mengolah gunungan sampah untuk diambil gasnya dan menjadi energi listrik.
Menurutnya butuh beberapa langkah untuk mengelola sampah agar tidak berbau dan bisa diambil gasnya. Diantaranya, sebelum ditutup terlebih dahulu dilakukan penyemprotan organik dengan zat sejenis Efective Microorganism (EM4) bakteri fermentasi untuk menahan gas tidak cepat menguap keluar.
“Setelah itu, baru ditutup dan sumber baunya dimanfaatkan untuk energi. Di setiap titik kalau masih ada yang terlepas dicek rutin,” katanya.
Selain menghasilkan energi, ditutupnya gunungan sampah itu untuk mengurangi bau, lalu agar air hujan tidak langsung masuk menembus sampah agar berkurang limbah ipal-nya.
Menurut Ali, gunungan sampah itu bisa ditutup menggunakan tiga cover yaitu tanah, membran (plastik), dan terpal. Di bagian tertentu pihaknya memakai cover tanah, harapannya di musim hujan seperti ini bisa menghasilkan tanaman atau rerumputan yang terlihat hijau menutup gunungan sampah.
“Sekecil tanaman apapun penting, bisa menfilter udara di TPA. Secara psikis baik kalau suasananya terlihat hijau di area TPA ini,” katanya.
Untuk tutup yang menggunakan membran, ini bisa memudahkan melakukan buka-tutup. Sebab, setiap 6-7 bulan sekali gunungan yang mulai mengempis karena sampah terurai, akan ditambah lagi sampahnya. Membran ini juga awet bisa kuat 10-15 tahun.
“Di sini ada 4 titik buang sampah, semua berbentuk gunungan besar maksimal setinggi 25 meter. Ke depan kami usahakan ditutup semua agar tidak mengganggu polusi udara dan gasnya tidak terbuang,” ujarnya.
Ali mengatakan, PT Sumber Organik bekerjasama dengan Pemkot dalam mengelola TPA sesuai perjanjian BOT sejak Oktober tahun 2012. Dalam prosesnya, pengelolaan sampah menjadi listrik oleh PT SO ini baru bisa menghasilkan pada tahun 2015. Dari dua gas engine yang dikelola bisa menghasilkan 2 megawatt (MW) energi listrik.
“Sesuai MoU dengan PLN, 1,65 Megawatt diekspor atau dibeli PLN. Sisanya kami gunakan operasional di TPA,” katanya.
Menurut Ali, karena banyaknya sampah di TPA Benowo maka pihaknya telah menyiapkan teknologi lain untuk mengolah sampah menjadi listrik selain menggunakan teknik Landfill Gas. Menurutnya, PT SO sedang bersiap menggunakan teknologi gasifikasi untuk menghasilkan 8-9 Megawatt dari sampah yang belum terolah di TPA. (bid/dwi/ipg)