Sebanyak 25 anggota Komisi III DPR RI yang tergabung dalam K3TSC (Komisi 3 Tactical Shooting Club) dinyatakan lulus mengikuti uji ketangkasan menembak dalam bidang tembak reaksi Perbakin, Jumat (20/10/2017).
Mereka diantaranya Masinton Pasaribu, Muslim Ayup, Aboebakar Alhabsy, Didik Mukriyanto, Taufiqulhadi, serta beberapa anggota parlemen lainnya.
Bambang Soesatyo Ketua Komisi III DPR RI dalam pesan singkatnya, Sabtu (21/10/2017), mengatakan uji ketangkasan dimulai dengan ujian tertulis mengenai penggunaan senjata yang aman, akurat dan cepat.
“K3TSC adalah club menembak yang anggotanya mayoritas anggota Komisi III DPR RI itu didirikan 10 September 2016 oleh beberapa anggota Komisi III antara lain, Bambang Soesatyo (FPG), Akbar Faisal (FNasdem), Adies Kadir (FPG), Sahroni (FNasdem), Risa Mariska (FPDIP), Erma S Manik (FDemokrat), Nasir Jamil (FPKS), Asrul Sani (FPPP), M Toha (FPKB), Dossy Iskandar (FHanura), Daeng Muhammad (FPAN) dan Sufi Dasco (FGerindra),” kata Bambang.
Para pencetus Club menembak K3TSC mengatakan bahwa tembak reaksi awalnya disebut combat shooting dan dibawa pertama kali tahun 1997 ke Indonesia. Kini cabang menembak inilah yang sangat digemari.
“Prinsipnya, setiap orang bisa menembak. Asal sudah berbunyi dar der dor itu namanya sudah menembak, namun kemana arah tembakan itu harus kena. Itulah tembak reaksi, tepat sasaran, cepat dan dapat mengenai target,” ujarnya.
Tembak reaksi, kata Bambang, bukan cuma aksi Olah raga yang menggunakan senjata api sungguhan ini tampak sangar dan macho. Tapi juga dibutuhkan kecermatan, kecepatan dan ketepatan untuk dapat bermain lihai menembak tepat sasaran sambil beraksi atau moving.
Masinton yang juga ikut dalam kegiatan ini mengatakan, seorang penembak reaksi harus siap dengan pistol di tangan dan tiga buah magazin penuh berisi peluru tertancap di holsters (semacam ikat pinggang). Lengkap dengan kaca mata bening atau hitam untuk keamanan mata dan penutup telinga agar tidak pekak karena suara letusan tembakan.
Di belakang penembak ada seorang timer atau pencatat waktu yang akan selalu lantang berteriak, “Ok, are you Ready?, shoot!…dar dar dar!”
Bunyi letusan pistol akan terus bergulir dari sasaran satu ke sasaran berikutnya. Sang penembak sambil berlari menuju sasaran lain dengan sangat cekatan mengganti magazin peluru dan langsung ditembakkan ke target.
Hingga akhirnya, menurut Masinton satu stage diselesaikan dengan tiga magazin berisi seratusan peluru habis ditembakkan.
Risa Marisa, yang juga dari Fraksi PDIP menceritakan kesannya seperti sedang ada penyerbuan sungguhan. Seru dan menegangkan. Dalam pertandingan tembak reaksi biasanya menggunakan simulasi atau stage seperti pada situasi sesungguhnya.
Contohnya ketika sedang mengamankan dokumen atau sedang membebaskan sandera. Meskipun menggunakan senjata api, tembak reaksi ini olah raga sipil. Karena sasarannya atau target tidak ada yang berbentuk seperti manusia. Berupa bentuk hexagonal atau segi enam dari besi atau kertas.
Jika sang penembak salah tembak, luput dari sasaran atau peluru nyasar nilainya akan dikurangi. Yang menarik, meskipun berondongan peluru meletus tak henti-hentinya, pistolnya bukan jenis otomatis. Ketika tidak sedang menembak pun, jari telunjuk penembak yang ada di trigger harus selalu berada di luar.
“Karena kita selalu menekankan keamanan. Karena olah raga ini menggunakan senjata api dan peluru tajam, kalau ketahuan melanggar aturan ini nilainya akan dikurangi,” kata Sahroni dari Fraksi Nasdem yang telah terlebih dahulu mengantongi brevet menembak Perbakin tahun lalu.(faz/fik)