Wisatawan mancanegara yang datang ke Aceh memakai kapal pesiar MS Silver Discoverer terkesima menyaksikan sejumlah situs peninggalan tsunami di Banda Aceh. Pada 24 Desember 2004, terjadi gempa Bumi dahsyat dan gelombang tsunami besar, dengan korban jiwa sekitar 130.000 jiwa, di Aceh.
MS Silver Discovery kapal berbendera Bahama itu membawa 85 wisatawan mancanegara dan lego jangkar di lepas pantai Ulee Lheue, Banda Aceh, Senin (14/11/2016). Para wisatawan itu merapat ke daratan memakai perahu sekoci.
Para wisatawan dari berbagai negara itu disambut sejumlah pemandu wisata yang sudah tersertifikasi sesuai standar internasional dan dipandu menuju sejumlah situs peninggalan tsunami. Di antara situs itu adalah kapal PTLT Apung, di Punge Blang Cut, Museum Tsunami, dan Museum Aceh.
Siti Jihadun Nufus salah satu pemandu wisata asal Kota Banda Aceh mengatakan, kapal pesiar itu dalam perjalanan wisata ke sejumlah daerah di Indonesia dan berlayar dari Belawan, Sumatera Utara, menuju perairan Aceh.
Dilansir dari Antara, saat gempa Bumi dan tsunami itu terjadi, 85 persen infrastruktur Provinsi Aceh dan kabupaten/kota, serta rumah warga hancur diterjang gelombang tsunami.
“Para wisman ada yang meneteskan air mata mendegar cerita musibah tsunami yang melanda Aceh,” kata Jihan, yang saat kejadian itu masih berusia 12 tahun.
Kapal PLTD Apung bobotnya 2.600 ton menjadi saksi bisu tragedi tsunami. Kapal yang semula disiagakan Pelabuhan Ulee Lheue itu dihempas gelombang laut sekira satu kilometer ke daratan, ke pemukiman penduduk di Gampon Punge Blang Cut, Banda Aceh.
“Di lokasi Kapal PLTD Apung para wisman mengamati itu secara seksama lalu mengabadikan sejumlah gambar di lokasi yang dianggap menarik,” katanya.
Dia juga memandu para wisatawan asing tersebut ke Museum Tsunami di pusat Kota Banda Aceh dan di museum tersebut juga dipajang sejumlah foto puing-puing tsunami serta karya seniman asal Aceh. (ant/tit/ipg)