Sabtu, 23 November 2024

W-18 Jenis Narkoba Tak Terdeteksi Dalam Darah Beredar di Australia

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan
Ilustrasi

Narkoba paling mematikan di dunia yang mempunyai dampak 10.000 kali lipat lebih kuat daripada morfin atau heroin, W-18, ditengarai mulai beredar di Australia seiring dengan penyitaan barang haram tersebut oleh otoritas Penjagaan Perbatasan Australia (ABF).

Menurut Roman Quadvlieg Kepala ABF, narkoba jenis W-18 jauh lebih mematikan daripada opioid fentanyl, “Fentanyl bukan yang paling berbahaya,” ujar dia seperti dikutip koran “The Daily Telegraph”, Senin (5/9/2016).

“Ada beberapa jenis derifatif di luar sana yang bahkan kita belum tahu namanya …. analog kimia yang disebut dengan W, lebih ampuh (efek candunya-red) daripada fentanyl,” tambah Roman seperti dilansir Antara.

Hingga sejauh ini otoritas Australia sudah beberapa kali menyita fentanyl, dan berdasarkan riset serta kolaborasi penyelidikan dengan otoritas di Amerika Serikat dan Kanada, sangat jelas bahwa ada candu yang demikian dahsyat dampaknya sehingga berujung kematian.

Pada bulan Mei tahun ini, petugas koroner negara bagian New South Wales (NSW), Michael Barnes, mengeluarkan peringatan publik setelah 13 orang tewas sebulan setelah mengkonsumsi heroin yang diduga mengandung fentanyl.

W-18 yang juga dikenal dengan “beans” (kacang) dan “shady 80s” memiliki dampak 100 kali lebih kuat daripada fentanyl. Efek meredakan rasa sakit yang dimunculkan mulai dua tahun lalu digunakan sebagai obat-obatan untuk keperluan rekreasi. Narkoba ini berbentuk pil dan bubuk, dinamai W-18 karena termasuk komponen zat W-1 hingga W-31.

Sementara itu W sendiri diambil dari nama Brent Warren, salah satu peneliti Alberta yang menyintesa beberapa jenis narkoba di tahun 80-an. Dan celakanya, sekali dikonsumsi, W-18 tidak bisa dideteksi di aliran darah.

Narkoba yang masuk ke Australia, menurut Roman, mayoritas dipasok dari Tiongkok. Sebuah temuan oleh pemerintah Tiongkok menemukan ada desa di kawasan tepi Sungai Mekong yang mengandalkan penghasilan semua penduduknya dari produksi barang haram berupa candu.

Untuk mengurangi potensi tertangkap petugas, narkoba biasanya dikirim bukan lewat kargo laut namun justru lewat paket kiriman berukuran masing-masing 10 kilogram lewat perusahaan-perusahaan pengiriman paket via udara seperti DHL, FedEx, TNT, dan UPS.

“Paket-paket itu dikirimkan ke kotak pos pribadi, rumah kost-kost-an mahasiswa, atau apartemen kosong. Mahasiswa yang kebanyakan datang dari Tiongkok tidak menyadari apa isi paket yang mereka terima, dan kemudian mereka mendapat upah 100 atau 200 dolar (sekitar Rp1 juta hingga Rp2 juta-red) untuk mengambil paket tersebut. Nanti ada orang lain yang mengambil paket itu dari mereka,” ujar Roman menjelaskan modus pengiriman narkoba dari Tiongkok ke Australia. (ant/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs