Dr Amir Zuhdi Pakar neurosains dari Komunitas Neuronesia mengatakan usia empat tahun ke atas merupakan waktu tepat bagi anak untuk belajar baca tulis hitung atau calistung.
“Kalau belajar calistung pada usia di bawah empat tahun akan mempengaruhi perkembangan otak anak,” kata Amir dalam seminar neurosains di Jakarta, Minggu (31/1/2016) seperti dilansir Antara.
Anak berusia empat tahun ke bawah belum tepat untuk belajar calistung dikarenakan fasilitas yang ada di otaknya belum sempurna.
“Yang ada orang tua malah emosi karena anak lamban dalam menangkap informasi,” katanya.
Menurut dia, pada usia nol hingga 13 tahun, yang paling tepat adalah anak diajari mengenali emosi yang ada pada dirinya. Melatih kontrol diri, kesabaran, kerja sama, empati dan karakter baik lainnya, lebih mudah dilatih dan tertanam kuat dalam otak anak daripada kegiatan calistung.
“Kematangan emosi menjadi fondasi kuat untuk kesuksesan anak pada masa datang,” katanya.
Orang tua sebaiknya memberikan stimulan rasional dan aktivitas fisik semakin menyehatkan otak anak. Anak yang berotak sehat memiliki ketangguhan dalam menghadapi setiap tantangan dalam kehidupannya, cerdas dalam menentukan pilihan-pilihan dan santun dalam berinteraksi sosial.
Pengasuhan anak yang baik hendaknya berbasis perkembangan otak karena otak anak tersebut berkembang bertahap. Pengasuhan yang baik menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak.
Pada otak terdapat sirkuit saraf otak yang mengatur sistem pengasuhan. Sirkuit tersebut bernama otak pengasuhan yang terdiri dari Sistem Limbic, Cortex PreFrontal, Lobus Parietalis, Lobus Temporalis, Lobus Temporalis, Lobus Occipithalis, dam Cerebellum serta Batang Otak.
Masing-masing otak pengasuhan itu berkembang secara bertahap dan mengasuh sesuai dengan perkembangan otak anak.
“Anak yang berusia nol sampai 13 tahun, harus diasuh pada pengasuhan emosi. Anak seusia tersebut telah mengenal berbagai jenis emosi seperti marah, sedih, cemas, gembira, dan cinta. ,” jelas dia.
Orang tua, lanjut dia, harus memahami cara dasar penanganan emosi yang muncul pada dirinya. Jika tidak, ketidakmampuan mengelola emosi akan mengganggu prestasi hidupnya. (ant/dwi)