Sabtu, 23 November 2024

Unair Punya Museum Etnografi Kematian

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Satu di antara koleksi Museum Etnografi Kematian FISIP Unair Surabaya. Foto: Totok suarasurabaya.net

Meski sudah ada sejak sekitar 10 tahun lalu, keberadaan museum etnografi di Unair Surabaya tidak banyak dikenal dan diketahui masyarakat. Senin (21/3/2016) secara resmi museum etnografi yang diberi nama Museum Etnografi Kematian diresmikan.

Etnografi mengacu pada kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik. Misalnya tentang adat-istiadat, kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bahkan bagaimana kematian itu dipahami oleh masyarakatnya, juga menjadi kajian etnografi.

“Karena itu museum ini dinamakan Museum Etnografi Kematian. Di dalamnya memang tersaji berbagai hal tentang masyarakat, kelompok atau etnik tertentu. Juga kaitannya dengan kematian, serta mitos didalam masyarakat itu sendiri,” ujar Dr. Hilmar Farid Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.

Hilmar menambahkan bahwa Indonesia dengan beragam suku, budaya serta etnik memang seharusnya memiliki museum etnografi seperti yang dikembangkan Unair. Hal ini sangat penting bagi pembelajaran generasi muda mendatang.

“Museum itu di satu sisi adalah tempat benda-benda bersejarah, benda kuno. Tetapi sekaligus adalah simbol kekayaan budaya bangsa. Ini penting bagi generasi muda agar memahami bangsanya sendiri,” kata Hilmar Farid.

Sementara itu, Museum Etnografi Kematian yang dikembangkan di Museum dan Pusat Kajian Etnografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Unair Surabaya, nantinya diharapkan mampu membuka ruang-ruang diskusi terkait peradaban manusia.

Tidak hanya membahas tentang kematian, tetapi pada kajian di dalamnya juga disampaikan contoh dalam bentuk mitos, atau kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kematian. Selain itu, dihadirkan pula beberapa upacara adat yang ada kaitannya dengan kematian serta kepercayaan di dalamnya.

Satu diantaranya adalah ritual Manene atau ritual Mayat Berjalan yang cukup dikenal dikalangan masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan. “Kami tampilkan replikanya disertai dengan penjelasan secara tertulis,” kata Toetik Koesbardiati Ketua Pengelola Museum dan Kajian Etnografi Fisip Unair pada suarasurabaya.net.(tok/ipg)

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs