Laboratorium Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Surabaya bersama Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Pemerintah Daerah Jawa Timur gelar seminar Memaknai Demokrasi Dalam Bingkai Negara Kesatuan RI, Sabtu (24/9/2016).
Seminar Nasional ini bertujuan memberikan pemahaman yang tepat mengenai hakekat demokrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan juga agar masyarakat dapat memahami dengan benar mengenai suatu penyelenggaraan kehidupan bernegara yang demokratis.
“Demokrasi itu selalu berkembang, ditambah banyaknya kasus-kasus belakangan ini yang mempertanyakan demokrasi di Indonesia. Melalui seminar ini, kami berharap masyarakat terutama kalangan akademisi memahami demokrasi kita saat ini,” ujar Nur Latifah Hanum, dosen Fakultas Hukum Universitas Surabaya sekaligus sekretaris Seminar Nasional ini.
Mengundang pembicara Drs. H. Priyatmoko., M.A dan H. Martono., S.H., M.H, sebagai seorang dosen dan juga mantan politisi. Dr. Himawan Estu Bagijo., S.H., M.H selaku Kepala Biro Hukum Jawa Timur sekaligus Ketua Asosiasi Pengajar Hukum dan Tata Negara juga akan menjadi pembicara dalam seminar Nasional ini.
Sementara itu masih dari rangkaian Lustrum Fakultas Teknik ke-VI Ubaya, di atrium Grand City Mall Surabaya digelar talk show Melek Game kepanjangan dari: Mengelola Efek Positif dan Negatif Game.
Talk show digelar seiring makin derasnya anggapan masyarakat bahwa game dapat berdampak buruk dan mengakibatkan kecanduan, disusul pernyataan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang 15 game yang dianggap berbahaya bagi anak.
Talk Show Melek Game bertujuan agar masyarakat, terutama orang tua dan guru bisa tahu bahwa game bukan hanya memiliki dampak negatif melainkan juga memiliki dampak positif.
DR. Iksan S.Psi., MM., Kepala Dinas Pendidikan Surabaya, berbicara mengenai Game Edukasi, tentang permainan-permainan yang bisa digunakan sebagai sarana pembelajaran. Sedangkan Ir Antiek Sugiharti M.Si., Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya, berbicara tentang regulasi game dan juga mengenai rating game.
“Kebanyakan orang memukul rata dan beranggapan bahwa semua game itu berbahaya bagi anak, padahal itu tidak benar. Anak boleh bermain game, asalkan contentnya cocok,” kata Marsellinus Ferdinand Suciadi, S.T., M.Comp, penggiat game sekaligus dosen Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Surabaya.
Seminar yang mengundang peserta dari orang tua mahasiswa dan siswa, serta guru sekolah ini diharapkan mampu menjadi informasi yang akurat dan tepat sehingga orang tua, guru dan siswa maupun mahasiswa dapat memanfatkan game dengan baik.
Melengkapi seminar membahas tentang game dan anak-anak ini Dra. Astrid Wiratna, Psi, Psikolog tampil mengupas dampak game terhadap anak dan bagaimana menghadapi anak yang sudah terlanjur kecanduan game. (tok)