Sabtu, 23 November 2024

Uang Keberuntungan Imlek Berbuntut Masalah di Vietnam

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Pengajar Sekolah Buah Hati di Surabaya mengenalkan tradisi menerima dan memberikan angpao. Foto: Totok/Dok.suarasurabaya.net

Nguyen Thi Diem Hang, seorang jaksa penuntut umum di Ho Chi Minh City, Vietnam, menyeringai lebar saat saat menyodorkan amplop merah berisi lembaran baru uang buat keponakan dan anak-anak tetangganya, tapi ada sesuatu di balik senyumnya.

Selama Tet, Perayaan Tahun Baru Lunar, yang juga dikenal dengan Imlek, orang-orang dewasa di Vietnam membagikan amplop merah berisi lembaran baru uang kepada anak-anak dan orang yang berusia lanjut.

Uang sekitar 100.000 dong Vietnam (sekitar Rp61.000) dalam aplop itu disebut “mung tuoi” (ucapan selamat karena bertambah usia) di wilayah utara, atau “li xi” (ucapan dalam Bahasa Vietnam untuk kata “li shi” atau “Lai see” dalam Bahasa Tiongha yang artinya “manfaat” di Vietnam Selatan.

Selama Tet, lazim bagi orang Vietnam mengunjungi orangtua, kerabat, teman dan kenalan mereka dengan harapan mereka bahagia dan sejahtera di tahun yang baru. Mereka akan memberikan “li xi” kepada anak-anak tuan rumah dengan doa mereka mendapat keberuntungan.

Orang tua mendapat banyak harapan baik dari tamu mereka dan diberi uang yang lebih banyak dengan dasar kedekatan kekerabatan.

Karena uangnya baru dan dimasukkan ke dalam amplop yang biasanya berwarna merah tanda keberuntungan, uang itu dianggap sebagai “uang keberuntungan”.

Amplop merah yang paling cantik yang dijual selama Tet di Vietnam diimpor dari Tiongkok.

Tahun Baru Lunar 2016 adalah Tahun Monyet, jadi warga Vietnam memilih amplop merah dengan gambar kera yang merupakan karakter Tionghoa yang melambangkan “kebahagiaan”, “kekayaan” dan “panjang umur”.

Menurut para ahli Vietnam, uang keberuntungan dulu semata simbol, tapi saat komersialisasi mencengkeram masyarakat dan hubungan orang menjadi makin pragmatis, nilai sesungguhnya yang ditaruh di dalam amplop telah bertambah, dan makna serta tujuan awalnya secara bertahap mulai pudar.

Nguyen Kim Quy, Psikolog yang bekerja untuk Departemen Perlindungan Anak di bawah Kementerian Urusan Tenaga Kerja, Orang Cacat, dan Sosial Vietnam mengatakan makna awal dari “mung tuoi” ialah harapan kecil agar anak tumbuh cepat dan sehat, jadi nilai uang keberuntungan sangat kecil, tapi sekarang kasusnya bukan itu.

“Orang tua mesti mengajarkan anak mereka memahami bahwa mung tuoi mengandung nilai spiritual dan membawa harapan baik pada awal Tahun Baru, bukan cuma nilai material. Mereka mesti menerima mung tuoi dengan penghormatan dan tak boleh meminta uang,” katanya seperti dikutip Antara.

Mai Thi Thu, yang lahir di Provinsi Thanh Hoa dan bekerja di Amata Industrial Park di Provinsi Dong Nai, mengatakan, “Selama Tet, saya melihat banyak anak yang aktif meminta mung tuoi dari tamu ketika mereka baru tiba. Sebagian anak bahkan membuka amplop merah tersebut untuk melihat siapa yang mendapat uang paling banyak di depan tamu mereka, membuat mereka malu.”

Menurut psikolog dan pekerja, Tet juga tanpa sengaja menyuburkan penyuapan, karena banyak staf menggunakan saat itu untuk menyuap manajer guna memperbaiki situasi mereka dengan “menawarkan uang keberuntungan anak.”

Orang-orang bisnis yang ingin meningkatkan hubungan bisnis mereka juga melakukan hal serupa.

“Banyak orang dewasa menganggap mung tuoi sebagai saluran penyuapan untuk tujuan pribadi seperti mendapat promosi, jadi mereka sering memberi anak-anak bos mereka amplop merah sangat tebal yang nilai materialnya sangat tinggi,” kata Quy menekankan.

Thu mengatakan dia sering melihat anak tetangganya, yang merupakan pejabat senior pemerintah lokal, menerima jutaan dong Vietnam uang keberuntungan selama Tet.

“Menurut surat kabar yang saya baca, pejabat pemerintah tidak diizinkan menerima uang tunai atau hadiah bernilai tinggi, tapi sangat sulit mendeteksi pemberian dalam bentuk uang keberuntungan kepada anak-anak. Bulan lalu Departemen Anti-Korupsi di bawah Inspektorat Pemerintah mempublikasikan tiga layanan pengaduan untuk menerima laporan pelanggaran terkait hadiah Tet,” katanya.

Keputusan Perdana Menteri yang dibuat pada 2007 melarang penggunaan uang atau aset negara atau pendanaan yang diturunkan dari anggaran negara sebagai hadiah.

Para pejabat negara dan pegawai negeri sipil diperbolehkan menerima hadiah yang nilainya kurang dari 500.000 dong Vietnam (sekitar Rp300.000) pada kesempatan istimewa seperti Tet, pernikahan, pemakaman, setelah kecelakaan atau selama sakit.

Jika nilainya lebih dari 500.000 dong Vietnam, mereka harus menyerahkan hadiah ke organisasinya dan melaporkannya ke atasan dalam lima hari.

Tet membawa kekhawatiran finansial bagi orang dewasa, tapi memberikan kebahagiaan pada anak-anak yang berkesempatan “mendapatkan” uang dan jika diizinkan oleh orangtua mereka bisa digunakan untuk membeli barang-barang seperti mainan, video game, komik dan makanan.

Namun sebagian anak boros menggunakannya.

“Hanya setelah memeriksa isi amplop merah yang diterima anak saya saya menyadari bahwa dia mengambil 50.000 dong untuk membeli mainan dari bahan yang berbahaya untuk kesehatan, atau bermain viode game yang menampilkan kekerasan,” kata jaksa Hang seperti dirilis Xinhua.

“Pendapatan bulanan saya mendekati lima juta dong Vietnam. Meski saya berusaha membelanjakan sesedikit mungkin, liburan Tet membuat saya menghabiskan setidaknya tiga juta dong untuk memberikan uang keberuntungan dan jumlahnya meningkat setiap tahun,” katanya.

“Menyiapkan uang keberuntungan saat liburan datang itu masalah, dan memberikannya kepada anak-anak tidak terlalu menghibur bagi saya, meski saya selalu berusaha tersenyum saat melakukannya,” tambah dia.(ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs