Praktik penggandaan uang (pihak yayasan menyebutnya pengadaan uang) oleh Taat Pribadi, pendiri Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi punya tujuan yang diyakini oleh pengikut atau santri padepokan sangat mulia.
Marwah Daud Ibrahim Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi mengatakan, yayasan itu mempunyai banyak program yang siap dijalankan. Tinggal menunggu penyelesaian tugas oleh Taat, yang biasa dipanggil oleh pengikutnya sebagai Yang Mulia.
Marwah mengatakan, program utamanya adalah Kemaslahatan Umat dan Bangsa. Ini adalah sebuah program yang, menurut Marwah, juga bertujuan untuk membantu pemerintah.
“Kita bicara bagaimana rakyat indonesia, setiap orang bisa membantu orang lain–ini sebenarnya program pemerintah tapi kami mau membantu–bisa minum susu, gimana punya rumah, minimal anak bisa sekolah semua, gitu-gitu. Biasa-biasa aja,” ujarnya saat mengunjungi padepokan.
Marwah, yang baru bergabung pada 2012 dan meyakini aktivitas di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi ini pada 2013, mengarahkan Yayasan untuk membuat berbagai macam program.
Marwah menyeleksi santri-santri yang memiliki potensi dan kompetensi untuk ditempatkan dalam posisi-posisi penting dalam organisasi, terutama dalam menyusun program.
“Di sini ada namanya Tim Kabupaten, ada Tim Provinsi, tugas mereka adalah melihat apa saja yang bisa kami bantu supaya bangsa ini menjadi lebih layak. Lihat Inisiatif-inisatif mereka, jalan (di sekitar Padepokan) yang buruk bisa menjadi bagus,” katanya.
Berupaya Membentuk Koperasi
Untuk mewujudkan program-progam di atas, Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sedang berproses untuk mendirikan sebuah Koperasi.
Marwah Daud Ibrahim sebagai Ketua Yayasan mengklaim, Yayasan itu sudah memiliki tanda pendaftaran di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
“Kami sedang mengupayakan membentuk koperasi. Sudah kami daftarkan, karena cuma koperasi yang bisa punya anggota sangat banyak. Dari lima orang sampai lima juta orang. Bisa menyimpan uang dari 100 ribu sampai, mungkin, 100 miliar. Ini sedang kami susun,” ujarnya.
Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi juga bekerjasama dengan Asosiasi Kerajaan dan Kesultanan Indonesia (AKKI) dalam hal pembinaan budaya.
“Ini kan lumayan, anggotanya ada sekitar 100 kerajaan,” ujarnya.
Perlu diketahui, AKKI telah menobatkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai raja anom dengan gelar Sri Raja Prabu Rajasanagara Raden Mas Kanjeng.
Mungkin karena gelar ini, dia meminta agar para pengikutnya cukup memanggilnya dengan nama “Mas Kanjeng” saja, bukan “Yang Mulia”.
Perombakan Struktur Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi
Untuk mendukung program-program tersebut, ada perombakan struktur di tubuh Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Telah jamak orang mengetahui, bahwa Taat Pribadi memilik orang-orang kepercayaan yang disebut sebagai Sultan.
Sebagaimana diketahui, Sultan berkedudukan lebih tinggi di atas koordinator dan sub koordinator dalam susunan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Struktur ini ternyata sudah dirombak. Hermanto Sekretaris Urusan Program di Yayasan ini mengatakan, sultan adalah bagian dari struktur kesantrian, bukan struktur yayasan.
“Nah soal struktur ini rawan, karena dipahaminya ini struktur yayasan. Itu hanya struktur kesantrian. Struktur kesantrian sifatnya hanya fungsi koordinasi,” ujarnya.
Uraian tugas seorang sultan, kata pria yang biasa dipanggil Herman, adalah membantu para santri untuk berbagi.
“Tapi sekarang ditiadakan. Hanya koordinator itu saja yang masih ada. Fungsinya koordinasi, karena yang tahu muka santrinya kan koordinator, kalau tidak ada bagaimana caranya koordinasi,” katanya.
Koordinator, bisa mencakup sejumlah santri yang keberadaannya di seluruh indonesia. Sifat koordinator ini, menurut Hermanto, bukan teritori.
“Kalau di NII (Negara Islam Indonesia) kan ada istilah bupati, ada camat, di sini enggak seperti itu. Atau kalau di MLM kan ada agent ada unit manager. Fungsinya hanya koordinasi,” ujarnya.
Dana Amanah Kemakmuran Umat Dunia
Untuk memfasilitasi program-program tersebut, perlu ada dana yang sangat besar. Dana untuk memenuhi kebutuhan berbagai program ini disebut Dana Amanah Kemakmuran Umat Dunia.
Lantas bagaimana pengadaan dana itu? Dengan cara pengadaan uang, melalui kemampuan Taat Pribadi yang disebut-sebut oleh santri dan pengikutnya sebagai karomah.
Dana Amanah Kemakmuran Umat Dunia ini, sesuai namanya, diperuntukkan tidak hanya bagi umat di Indonesia tapi juga umat di seluruh dunia.
Proses pengadaan dana ini, menurut Taat Pribadi yang merupakan anak almarhum Mantan Kapolsek Gading, Probolinggo, sudah selesai. Kepada santrinya dia meyakinkan, bahwa dana itu sudah siap dibagikan.
Tapi, sebelum dana itu dibagikan, sebuah aib tentang pembunuhan dua orang Sultan di Padepokan itu terbongkar. Polisi mengendus kasus pembunuhan ini hingga menduga bahwa Taat Pribadi terlibat sebagai otak pembunuhan. Taat Pribadi pun ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan.
Belakangan, polisi juga menetapkan Taat Pribadi sebagai tersangka penipuan dengan modus penggandaan uang.
Barangkali karena inilah, masih banyak pengikutnya, para santri Padepokan, memilih tetap tinggal di Padepokan. Mereka senantiasa menunggu dan berharap agar Taat Pribadi dibebaskan sehingga dapat segera menuntaskan tugasnya.
Bagaimana tidak. Hermanto Sekretaris Urusan Program Yayasan itu menyebutkan, bila dana amanah itu cair, 30 persen dari total dana itu akan menjadi hak para santri. “Semua santri akan mendapat lebih dari dana sukarela yang mereka berikan, karena dana itu sangat banyak,” ujarnya.(den/dwi)