Trem akan menjadi backbone transportasi massal di Surabaya yang akan menghubungkan ke angkutan MPU atau bus.
Irvan Wahyu Drajat Plt Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengatakan, sebenarnya tujuan utama pembangunan trem untuk penyelesaian problem kemacetan. Trem dipilih juga untuk pembangunan outer ring road untuk koridor utara dan selatan.
“Karena trem ini paling gampang dan jalurnya sudah ada. Nanti untuk barat dan timur bisa menggunakan moda transportasi lain,” kata Irvan pada Radio Suara Surabaya.
Trem yang sudah ada sepanjang 16,7 kilometer mulai Wonokromo-Raya Darmo-Basuki Rahmat-Embong Malang-Indrapura-Rajawali-Tunjungan-Pemuda. Jalur ini hanya memutar saja dan belum ada perubahan termasuk terhubung dengan stasiun Wonokromo.
Mengapa harus membangun trem? Kata Irvan, perencanaan ini harus melihat ke depan yang makin membutuhkan transportasi massal berkapasitas besar. “Kalau bus atau MPU itu kan kecil yang harus menyediakan halte dan terminal,” ujar dia.
Nantinya pengguna trem tidak hanya warga Surabaya saja. Tapi, kata Irvan, nantinya ada yang terhubung dengan moda transportasi lain.
Untuk tranportasi massal ini, kata dia, Surabaya bisa mengadopsi dari negara lain secara persis. Terkait mobilitas, memang harus disediakan karena demand transportasi di Indonesia tidak pernah kurang.
“Orang tidak perlu banyak bergerak untuk menggunakan fasilitas umum karena bisa menghubungkan ke daerah-daerah lain,” katanya.
Dalam hal ini, pemerintah tidak mungkin membatasi orang membeli mobil. Tapi bisa membatasi orang untuk menggunakan mobil pribadi dengan memberikan pilihan angkutan transportasi massal.
“Ini butuh komitmen luar biasa dan dukungan dari masyarakat. Transportasi ini jadi akses yang mahal. Kita tidak ingin Surabaya jadi macet, polusi dan Surabaya bisa menjadi kota yang layak huni,” tambah dia. (dwi/ipg)