Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah agar perjalanan arus mudik dan balik saat Lebaran 1437 H bisa berjalan lancar adalah kondisi jalan yang baik dan rata, tidak ada lagi jalan berlubang dan perbaikan jembatan.
Belajar pengalaman tahun-tahun sebelumnya di saat arus mudik berlangsung namun kondisi jalan masih ada yang belum selesai diperbaiki bahkan ada jembatan yang rusuk, sehingga terjadi kemacetan parah, untuk tahun ini pemerintah jauh-jauh hari telah melakukan perbaikan jalan di sana-sini.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan seluruh jalan nasional siap dilalui pemudik pada tahun ini sehingga diharapkan tak ada lagi kemacetan parah akibat jalan rusak.
Hasil inspeksi dan tinjauan pejabat eselon 1 dan 2 Kementerian PUPR pada akhir Juni ke ruas- ruas jalan di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan dan Kalimantan Selatan, yang dilalui pemudik, menunjukkan bahwa total jalan dan jembatan sepanjang 18.317 km di seluruh daerah yang ditinjau pada umumnya mantap dan siap dilalui.
Angka tersebut terdiri atas 7.961 kilometer jalan dan 42,70 kilometer jalan tol di Sumatera, 7.164 kilometer dan 668 kilometer jalan tol di Jawa-Bali dan 2.482 kilometer di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Inspeksi telah dilakukan sejak jauh hari agar ada waktu untuk memperbaiki jika ternyata masih ada kerusakan.
Kementerian PUPR sejak awal 2016 juga telah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait seperti Korlantas Polri dan Direktorat Jenderal Hubungan Darat Kementerian Perhubungan dalam rangka mempersiapkan jalur mudik.
Terkait dengan ruas tol baru pada tahun ini yang bisa dimanfaaatkan pemudik tahun ini adalah dua ruas tol baru yang telah diresmikan yaitu tol Pejagan-Pemalang Seksi l dan II (Pejagan-Brebes Timur) sepanjang 20,20 kilometer, dan Surabaya-Mojokerto Seksi lV (Mojokerto-Krian) sepanjang 18 kilometer.
Selain itu, pihaknya akan membuka sementara lima ruas jalan tol pada H-3 lebaran.
Kelima ruas tersebut adalah ruas Kertosono-Mojokerto (Mojokerto Barat-Mojokerto Utara) sepanjang lima kilometer, Bawen-Salatiga (15 kilometer), Solo- Ngawi (Solo-Sragen) sepanjang 25 kilometer, dan Gempol-Pandaan (BangiI-Rembang) sepanjang 7 km.
Selain itu, Bakauheni – Terbanggi Besar yaitu dari Sabah Balau-Kota Baru sepanjang lima km dan Bakauheni – Desa Hatta sepanjang 7,1 km.
Pemerintah juga melakukan integrasi transaksi jalan tol dari Jakarta hingga Brebes Timur, yang telah diresmikan penerapannya oleh Presiden Joko Widodo, Kamis (16/6/2016).
Integrasi sistem pembayaran tol terbagi dua klaster yaitu Jakarta-Cikampek-Purwakarta-Padalarang-Cileunyi serta Cikopo-Palimanan (kluster 1) dan Palimanan-Kanci-Pejagan-Pemalang (kluster 2).
Dengan terintegrasinya pembayaran toI dari Jakarta hingga Brebes Timur, maka transaksi dilakukan secara tertutup pada tiga gerbang tol yaitu Gerbang Tol Cikarang Utama (pengambilan kartu untuk klaster 1), Palimanan (pembayaran tol untuk klaster 1 dan pengambilan kartu untuk klaster 2) dan Brebes Timur (pembayaran tol klaster 2).
Supaya tidak terjadi antrean kendaraan yang panjang, sebaiknya pengemudi menggunakan transaksi elektronik yang diprediksi pembayaran setiap kendaraan itu delapan detik.
Pembayaran elektronik pada kluster 1 dapat dilakukan melalui Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BCA, sedangkan klaster 2 melalui Bank Mandiri, BRl, BNI, dan BTN.
Jalinan juga disampaikan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR yang menjamin kondisi sekitar 5.000 km jalan nasional di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur, tanpa lubang, khususnya selama angkutan lebaran 2016.
“Saya jamin tanpa lubang. Kalau ada, silahkan lapor ke pos PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) terdekat, agar segera dicek dan ditangani di hari yang sama” kata I Ketut Darmawahana Kepala BBPJN V Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR di Yogyakarta.
Jika ditemukan lubang di jalan di tiga provinsi itu, maka masyarakat atau pemudik bisa melaporkan melalui telp dan SMS/WA ke Humas BBPJN V di nomor 081252340004 dan telepon 031-8540196 serta di twitter @humasbalai5.
Kondisi kemantapan jalan nasional di tiga provinsi secara umum baik dan diusahakan kondisinya tanpa lubang.
Pihaknya tidak ingin terjebak dengan angka persentase 90 persen dan seterusnya karena kondisi bisa berubah setiap saat. Oleh karena itu dalam konteks pelayanan publik selama arus mudik dan balik, menyiagakan ratusan pos PPK di sepanjang jalur jalan nasional dengan wilayah cakupan per posko 55-75 km.
Untuk mengantisipasi kemungkinan ada jalan yang berlubang, pihaknya menyiagakan 500-600 sak aspal instan pada masing-masing PPK.
Dia merinci di Jawa Timur terdapat 23 posko pelayanan mudik/balik, 21 pos di Jateng dan empat di Yogyakarta.
Wilayah BBPJN V terdiri atas Pantai Utara Jawa Tengah hingga Jawa Timur sepanjang 1100 km, jalan nasional lintas tengah 1000 km, lintas selatan 1.270 km dan selatan selatan 1000 km.
Total hampir 5000 kilometer lebih dengan anggaran tahun ini Rp4,5 triliun untuk perbaikan jalan.
Salah satu titik krusial yang dikhawatirkan bisa menghambat kelancaran arus mudik dan balik adalah kondisi Jembatan Sipait yang menghubungkan Pemalang dan Pekalongan di jalan nasional Pantai Utara (Pantura), Jawa Tengah.
Jalur tersebut adalah jalur favorit dan menjadi jalur utama pemudik yang akan bepergian menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui jalur Pantura.
Namun kekhawatiran itu sirna saat Basuki Hadimuljono Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memastikan bahwa Jembatan Sipait siap dilalui pemudik pada H-6. Artinya pada Kamis 30 Juni 2016 atau H-6 sudah bisa dibuka dan dilalui kendaraan
Kondisi jembatan Sipait ini sudah permanen, hanya aksesorisnya saja yang harus segera dipasang seperti rambu-rambu jalan.
Sebenarnya proyek tahun jamak yang menelan dana sebesar Rp25,6 miliar tersebut pengerjaannya akan berakhir pada 18 September 2016. Karena pemerintah minta proyek siap pada arus mudik (2016), maka segera dilakukan percepatan,” katanya.
Untuk kelancaran arus balik, Jembatan Sipait yang memiliki panjang 90 meter tersebut nantinya akan dibuka hingga H+10 atau H+14, kemudian akan ditutup kembali untuk proses penyelesaian akhir.
Jembatan Sipait merupakan jembatan pengganti jembatan lama yang sudah tua dan tidak mampu menampung beban lalu lintas Pantura yang sangat tinggi. (ant/dwi)