Tri Rismaharini Walikota Surabaya mengatakan, telah mengajukan pengadaan pintu air dan sekitar 15 pompa air senilai Rp90 miliar untuk Kalimas Surabaya, ke Pemerintah Pusat. Menurutnya, pintu air di Kalimas ini akan mengendalikan banjir di Surabaya, sehingga peristiwa banjir meluas di Surabaya pada akhir Mei 2016 lalu tidak terjadi lagi.
“Kemarin kita hitung nilainya sampai Rp90 miliar. Karena butuh sekitar 15 pompa. Di Kalimas harus ada pompa dan pintu air. Kalau sudah begitu, Kalimas sampai Ampel itu nanti clear, bebas banjir,” katanya di Gedung eks Siola, Sabtu (4/6/2016).
Namun, sampai saat ini Risma mengaku belum mengetahui apakah pengajuan itu dikabulkan oleh pemerintah pusat. “Enggak tahu, nanti dikasih atau enggak,” ujarnya.
Sebagai antisipasi permohonan pengadaan pintu air dan pompa air itu tidak dikabulkan oleh Pemerintah Pusat, Risma telah berkoordinasi dengan Kepala Dinas PU Bina Marga dan Pematusan Surabaya. Menurutnya, Pemkot Surabaya akan tetap menganggarkan pembuatan pompa air untuk Kalimas.
“Saya sudah ngomong ke Bu Erna, kita bisa bangun selama dua tahun anggaran. Mulai tahun depan kita anggarkan, kalau pemerintah pusat memang tidak membantu. Karena, sebenarnya sungai Kalimas kan bukan sungai punya (wewenang, red) kami,” ujarnya.
Risma mengatakan, tanpa adanya pintu air dan pompa di Kalimas, Surabaya riskan banjir. Sebagaimana yang dia pantau Senin (30/5/2016) lalu, ketinggian air di Sungai Kalimas hampir meluap. Padahal, dia mengklaim pengerukan sungai Kalimas sudah dilakukan beberapa kali.
“Coba kalau tidak kami keruk, mungkin waktu itu sudah meluap,” katanya.
Perlu diketahui, lebih setahun lalu, ketika Festival Kalimas digelar untuk pertama kalinya, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum telah menyatakan akan mengeluarkan rekomendasi kepada Balai Besar Wilayah Brantas untuk mengkaji pengadaan pintu air di Kalimas.
Mudjiadi Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PU saat itu mengatakan akan meluluskan permintaan Pemkot Surabaya atas pengadaan pintu air di Kalimas, agar kebersihan sungai meningkat dan kegiatan ekonomi di Sungai Kalimas semakin produktif.
Mengenai banjir yang meluas di Surabaya pada akhir Mei lalu itu, Risma menyebutnya karena dampak global warming. Dia mengatakan, tidak ada yang bisa menerka anomali cuaca yang terjadi akibat fenomena itu. Contohnya, kata Risma, negara maju seperti Prancis dan Inggris yang juga kebanjiran.
Selain upaya pengadaan pintu air, Risma mengatakan saat ini Pemkot Surabaya sedang memperbanyak box culvert berukuran besar di jalan-jalan utama di Surabaya. Dia mengakui, box culvert yang telah ada selama ini sudah tidak mampu menampung air akibat hujan dengan intensitas tinggi di Surabaya.
“Ini mau tak ganti (box culvert,red) di Tunjungan. Padahal box culvert ini dibuat tahun 2005, tapi sudah enggak muat. Makanya kita harus buat yang gede. Nanti semua di seluruh jalan utama di Surabaya ada box culvert besar,” katanya.
Pengadaan box culvert besar, kata Risma sudah melebihi masterplan Pemkot Surabaya. Proyek pengendalian banjir, kata Risma, memang membutuhkan dana besar. Sebab itu, dia mengatakan, pengerjaannya harus dilakukan secara bertahap.
“Kita kan enggak bisa setahun uangnya hanya untuk pengendalian banjir. Harus bertahap. Ini semua sudah sesuai masterplan, malah sudah melebihi. Malah yang baru ini melebihi semua. Kayak yang box-box itu enggak ada di masterplan,” katanya.(den/dwi)