Pameran lukisan dan foto serta beberapa aktivitas kesenian bakal digelar di Kompleks Balai Pemuda Surabaya, Minggu (7/8/2016). Gelaran ini merupakan bagian untuk mengenang 40 hari meninggalnya pelukis Tedja Suminar.
“Kami ingin memberikan apresiasi kepada beliau. Ada beberapa kegiatan yang kami gelar selain pameran lukisan dan foto. Bersamaan dengan pembukaan pameran tersebut yang kami jadwalkan mulai Minggu (7/8/2016) sampai Rabu (10/8/2016),” kata Natalini Widhiasi satu di antara puteri almarhum Tedja Suminar, Sabtu (6/8/2016).
Sederet kesenian yang bakal ditampilkan di luar gedung pameran, lanjut Lini sapaan Natalini Widhiasi, adalah penampilan beberapa kelompok musik, band pop, kelompok jazz, permainan Harpa, pembacaan puisi, tari dan sastra pertunjukan.
Pada bagian dalam gedung pameran, di Galeri DKS, selain menampilkan beberapa karya lukisan dan sketsa Pak T sapaan almarhum Tedja Suminar, juga ditampilkan foto-foto beliau semasa hidup. “Pada foto-foto yang dipamerkan akan kami tambah dengan narasi-narasi puitis,” tambah Lini.
Tedja Suminar lahir pada 15 April 1936 dari pasangan Kiem Liong, pedagang palawija asal Fujian, Tiongkok dan Hoen Nio, ini bernama asli The Tiong Tien. Yang kemudian diganti menjadi Tedja Suminar.
Pendidikan di Akademi Kesenian Surakarta menjadikan Tedja semakin meyakini bahwa seni rupa adalah pilihan hidupnya.
Tedja Suminar adalah pelukis generasi tua Surabaya yang konsisten serta bersahaja dalam hidupnya. Surabaya, Bali adalah sumber bagi inspirasinya dalam berkarya.
Dalam perjalanannya, Tedja kerap mengabadikan gedung-gedung tua di kota Surabaya dalam medium sketsa. Pelukis yang tampil berkacamata, dengan pet hitam serta rokok dibibirnya ini menorehkan karya relief di tembok stadion Gelora 10 November Surabaya, bertepatan PON VII tahun 1969.
Pada Jumat (20/6/2016) sekira pukul 05.49 wib, Tedja Suminar berpulang di RS RKZ Surabaya. Negeri ini kehilangan sosok seniman yang bersahaja tetapi dengan karya-karya yang luar biasa.(tok/fik)