Perobohan rumah cagar budaya berupa Gedung Bangunan Studio Pemancar Radio Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (RBPRI) Bung Tomo, di Jl Mawar No. 10 Surabaya mendapatkan reaksi berbagai kalangan. Soekarwo Gubernur Jawa Timur bahkan menyesalkan pembongkaran rumah radio yang menjadi saksi sejarah perjuangan arek-arek Surabaya ini.
“Saya sangat menyesalkan dan minta Rumah Radio Bung Tomo ini dihidupkan kembali. Pasti tidak bisa seperti aslinya, ada kekurangannya. Tapi rumah radio Bung Tomo itu sangat bijak jika dibangun lagi,” kata Soekarwo, ketika ditemui di Kantor Gubernur Jawa Timur, Selasa (10/5/2016).
Perobohan rumah cagar budaya menurut dia, sebenarnya juga bisa dijadikan tonggak untuk memperkuat bangunan serta mencari dan mengembalikan barang-barang peninggalan sejarah yang kini sudah tidak ada.
Bahkan jika perlu, dibuatkan patung lilin agar Rumah Radio Bung Tomo tersebut bisa hidup kembali. “Konsep dasarnya adalah menempatkan pahlawan secara terhormat. Makanya ada bahasa puitis berupa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati pahlawannya,” kata dia.
Soekarwo mengatakan, sebenarnya protes terhadap penghancuran benda-benda sejarah tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi juga di belahan dunia lain.
“Perang Siria dengan Irak juga telah menghancurkan peninggalan sejarah, digempur dan diluluhlantahkan. Ini yang memicu kemarahan dunia. Sama seperti di Surabaya,” kata dia.
Sekadar diketahui, Rumah Radio Bung Tomo merupakan salah satu bangunan yang sejak tahun 2008 telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Rumah ini awalnya miliki Pak Amin yang lantas dibeli oleh PT Jayanata Kosmetika Prima.
PT Jayana lantas mengajukan izin renovasi rumah ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata hingga akhirnya pada April 2016 rumah tersebut ternyata dibongkar dan diratakan dengan tanah. (fik/ipg)