Sama seperti sekolah SMP lainnya di Surabaya yang Senin (8/5/2016) menggelar ujian nasional, 5 siswa SMP Luar Biasa (LB) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya, juga mengikuti ujian nasional. Tapi mereka menggunakan naskah ujian dengan menggunakan huruf Braille.
Setiap siswa didampingi satu petugas yang bertugas membacakan soal naskah ujian. Sedangkan siswa sendiri langsung mengisi jawaban pada lembar jawaban yang sudah disediakan.
“Masing-masing siswa disediakan alat untuk membuat jawaban. Riglet diberikan kepada masing-masing siswa. Setelah soal dibacakan, siswa wajib memberikan jawaban dengan mengisi lembar jawaban,” kata Eko Waluyo PhD., Kepala SMP LB YPAB Surabaya.
Eko menambahkan bahwa masing-masing soal ujian yang diterima para petugas pendamping menggunakan huruf Braille sehingga dibutuhkan keterampilan khusus untuk bisa membaca naskah soal ujian tersebut.
“Oleh karena itu, kami libatkan pengajar disini untuk mendampingi siswa peserta ujian. Karena petugas wajib mampu membaca naskah ujian dengan menggunakan Braille,” kata Eko Waluyo.
Hari ini, mata pelajaran Bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran ujian nasional yang harus dikerjakan peserta ujian. Mengapa pelaksanaan masih menggunakan cara manual dengan menggunakan naskah ujian huruf Braille, Eko menegaskan bahwa sampai saat dilaksanakan ujian belum ada informasi merubah bentuk pelaksanaan ujian.
“Kami tidak mendapat kesempatan untuk melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Karena masih harus dipelajari dan dicarikan solusi terkait penggunaan komputer. Kami tetap gelar ujian tapi pakai manual. Pakai naskah ujian dengan huruf Braille,” ujar Eko pada suarasurabaya.net.
Sementara itu, Febri satu diantara siswi peserta ujian nasional SMP 2016 di SMP LB YPAB Surabaya mengaku sudah mempersiapkan diri mengikuti ujian kali ini. Termasuk dengan mengikuti try out yang digelar sekolah.
“Sebelum ujian, kami memang sudah belajar. Khususnya mempersiapkan diri untuk ujian nasional. Mengikuti beberapa kali try out, termasuk belajar bersama dengan seluruh siswa tunanetra. Kami siap dan sudah maksimal mempersiapkan diri,” ujar Febri. (tok/rst)