Sidoarjo harus melakukan langkah pengendalian dari hulu sampai hilir terkait banjir yang masih mengepung kawasan Sidoarjo hingga Selasa (9/2/2016).
Muhammad Huda Udin Al Sonny Pengendalian Daya Rusak Air Dewan Sumber Daya Air Provinsi Jatim mengatakan, ibaratnya air kalau dikelola dengan baik akan menjadi berkah. Jika lengah malah akan menjadi musibah.
“Berarti Sidoarjo belum optimal dalam mengelola air ini,” kata Huda pada Radio Suara Surabaya.
Kata Huda, hulu di sini berarti untuk solusinya ada peresapan air dan pengendali erosi. Air dari hulu jangan begitu saja dibuang ke bawah. Tapi air diawetkan di hulu untuk menginjeksi saat musim kemarau karena saat itu debis air menurun. “Atau ada pembuatan embung. Pada prinsipnya air ditahan dulu,” ujar dia.
Sementara pengendalian dari hilir misalnya, jika dulu lokasi itu area persawahan kemudian dibangun industri dan perumahan maka tidak boleh membuang air keluar. Jadi tetap dikelola di dalam agar tidak membebani parit di sekitar lokasi tersebut.
Sedangkan di lahan fasilitas umum, lanjut dia, dibangun tandon yang besar sehingga air bisa dimanage dan dikelola lagi.
Tak hanya dilakukan langkah pengendalian saja, penanggulangan banjir juga butuh kepedulian warga sekitar. Misalnya di Surabaya, untuk menghadapi banjir tiap rumah mempunyai tandon air hujan karena dulu debit air PDAMNYA kecil.
“Jadi tidak langsung dibuang ke parit. Air ini lebih bersih dari air PDAM dan bisa digunakan untuk mencuci. Kalau satu rumah punya 4 kubik sudah sangat mengurangi potensi banjir jadi saat musim kemarau juga tidak sampai kekurangan air,” tambah dia. (dwi)