AKP Ade Waroka Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya mengatakan, kejahatan jalanan di Surabaya tidak bisa diremehkan. Sebab, rata-rata pelaku jambret menggunakan senjata tajam.
“Semua jambret memakai sajam. Ini tidak bisa diremehkan, masyarakat dan anggota juga perlu waspada,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Senin (2/5/2016).
Ade mengatakan, setelah ada tindakan tegas tembak mati dua perampas motor di Jalan Dukuh Kupang pada Sabtu 16 April lalu, sebenarnya aksi para penjahat jalanan sempat tiarap.
“Tapi seminggu ini mulai muncul lagi,” ujarnya.
Bahkan, jambret tak segan melakukan aksinya di siang hari. Seperti kasus Arlinda Carol Swift, warga negara Amerika Serikat yang menjadi korban perampasan di sekitar Jalan Trunojoyo Surabaya, Rabu (27/4/2016) sekitar pukul 16.30 WIB.
“Kami tingkatkan penyisiran lagi untuk mencari pelaku dan komplotannya,” katanya.
Penyelidikan, kata Ade, dilakukan dengan mengejar jejak peta pelaku yang mengarah ke Surabaya Utara.
Melacak jaringan kejahatan jalanan ini memang tidak mudah. Karena satu kelompok bisa beraksi secara acak. “Seperti kelompok pelaku yang kami tindak tegas di Dukuh Kupang itu, ternyata temannya juga beraksi di Surabaya Timur daerah Sukolilo,” katanya.
Saat ini kata Ade, pihaknya memaksimalkan anggota reserse yang ada dengan melakukan penyisiran di tempat-tempat khusus yang dikenali masing-masing Anggota.
“Kami sebar, anggota saling memantau. Saya juga tak segan menindak tegas (tembak mati) pelaku kejahatan jalanan ini,” katanya.
Bagi masyarakat Surabaya, kata Ade, agar tidak melintas di jalan sepi dan meremehkan pelaku. Karena para pelaku tak segan melukai korbannya dengan senjata tajam.
Data yang dihimpun suarasurabaya.net, dalam 10 hari di minggu terakhir bulan April, ada 7 kasus kejahatan jalanan di tengah kota Surabaya.
Yang terbaru perampasan di Jalan Ahmad Jais No.12 Genteng Surabaya, seorang perempuan nasabah bank jari-jarinya nyaris putus karena ditebas sajam oleh dua pelaku tepat di depan rumahnya sendiri. Kerugian korban hingga Rp82 juta.(bid/dwi)