Sri Widiati Kepala Sekolah SMA Negeri (SMAN) 5 Surabaya mengatakan, program peningkatan mutu sekolah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Sekolah Rujukan sudah dimulai sejak Juni lalu hingga Desember tahun ini.
“Workshopnya dimulai Juni lalu, di Jogjakarta. Kami sebagai sekolah rujukan memang harus mengimbaskan ke minimal lima sekolah lain di daerah masing-masing,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Senin (24/10/2016).
SMAN 5 Surabaya telah memilih delapan sekolah imbas, yakni sekolah yang nantinya akan mendapat bimbingan berupa program yang telah dijalankan oleh sekolah rujukan.
Sekolah Imbas SMAN 5 Surabaya antara lain SMAN 20, SMAN 13, SMAN 19, SMAN 8, dan beberapa sekolah menengah atas negeri lainnya di Surabaya.
“Kebetulan, sekolah-sekolah ini sudah ingin benchmarking dengan SMAN 5 sebelum adanya program Sekolah Rujukan ini. Nanti kami akan berkolaborasi,” ujarnya.
Kolaborasi yang dimaksud oleh perempuan yang biasa dipanggil Widi ini, berupa penularan program-program yang dijalankan oleh Sekolah Rujukan kepada Sekolah Imbas secara langsung.
Selama satu semester, Sekolah Rujukan akan menularkan program praktik baik di sekolah, seperti penumbuhan budi pekerti, sekolah aman dan ramah sosial, kewirausahaan, pembelajaran aplikasi dan e-rapor.
“Program-program ini sudah ditentukan oleh Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud, jadi semua sekolah rujukan harus menjalankan dan menularkan program ini,” ujarnya.
Yang berbeda, adalah program unggulan masing-masing Sekolah Rujukan. SMAN 5 Surabaya, kata Widi, memiliki program unggulan Karya Inovasi Sekolah.
“Karya-karya ini yang kami tampilkan dalam sosialisasi kemarin (Minggu, 23/10/2016) di Taman Bungkul. Juga karya SMA Rujukan lain, seperti SMAN 2, SMA Muhammadiyah 2 dan SMA lainnya,” kata Widi.
Untuk menjalankan dan menularkan program-program ini, SMA Rujukan mendapat bantuan dana sebesar Rp230 juta untuk satu semester untuk masing-masing sekolah. Menurur Widi, dana ini sudah dialokasikan secara paten untuk menjalankan program yang ada.
“RAB (rancangan anggaran biaya) sudah ditentukan oleh Dirjen, sampai honor untuk narasumber dan konsumsi sudah ditentukan. Semuanya sama,” ujarnya.
Sementara, Widi mengakui, program-program dalam Sekolah Rujukan ini memang memiliki konsep yang hampir sama dengan program yang sudah dijalankan oleh Pemkot Surabaya.
Misalnya, program e-rapor yang mirip dengan rapor online yang telah dijalankan oleh seluruh sekolah di Surabaya.
Selain itu, konsep Sekolah Rujukan ini juga mirip dengan program sekolah kawasan yang sudah diterapkan oleh Pemkot Surabaya.
“Sejenis itu. Harapannya kan, sekolah kawasan itu menjadi sekolah unggulan di wilayah masing-masing. Konsepnya memang hampir sama. Tujuannya untuk pemerataan mutu pendidikan di Kota Surabaya,” ujarnya.
Kabar yang Widi dengar, Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud berencana melanjutkan program Sekolah Rujukan ini pada 2017 dengan menambah jumlah sekolah rujukan yang telah ada.
Perlu diketahui, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memilih 614 sekolah di seluruh Indonesia untuk menjadi sekolah rujukan.
Di Surabaya, ada lima sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah rujukan. Antara lain SMA Negeri 2, SMA Negeri 5, SMA Muhammadiyah 2, SMA Al Hikmah dan SMA Khadijah.
Lima sekolah yang terpilih merupakan sekolah yang pernah menjadi sekolah berbasis internasional atau yang lebih dikenal dengan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI).(den/ipg)