Pembangunan rumah yang ramah terhadap penyandang disabilitas, di Indonesia masih belum jadi trend. Bahkan kemungkinan konsep rumah yang ramah disabilitas masih belum dikenali.
Pembangunan rumah oleh para pengembang di kota-kota besar terus berlanjut. Namun demikian pembangunan rumah ramah disabilitas masih belum banyak dilaksanakan. Bahkan bisa jadi konsep rumah ramah disabilitas itu belum dikenal.
“Karena ada banyak bagian dari sebuah rumah yang perlu dihitung atau diatur ulang agar para disabilitas dapat mengakses rumah tersebut. Karena seperti masyarakat pada umumnya, penyandang disabilitas juga aktiv bergerak kok,” terang Dr. Arina Hayati ST. MT., Dosen Arsitektur ITS Surabaya.
Lebih lanjut Arina menyampaikan bahwa kebutuhan rumah yang ramah disabilitas tidak melulu dibutuhkan mereka yang disabel tetapi juga dibutuhkan oleh mereka yang lansia, karena para lansia juga masih butuh aktivitas.
“Masyarakat sebagian besar masih punya anggapan bahwa disabilitas dan lansia pasti tidak banyak bergerak, atau beraktivitas. Ini yang mesti diluruskan. Karena kami para penyandang disabilitas tetap beraktivitas, sama seperti lansia juga,” kata Arina.
Oleh karena itu, lanjut Arina pihaknya mengajak para pengembang untuk dapat memahami pembangunan rumah dengan konsep ramah disabilitas tersebut, agar seluruh masyarakat termasuk penyandang disabilitas tetap bisa mengakses rumah tersebut.
“Mungkin konsep pembangunan rumah ramah lingkungan misalnya sudah banyak dikenali, tetapi ramah disabilitas masih belum,” kata Arina.
Menanggapi imbauan itu, Kan Eddy pengembang sekaligus Direktur PT Kokoh Anugerah Nusantara mengatakan bahwa proyek yang sedang dikerjakannya saat ini di kawasan Gresik merupakan perumahan berkonsep ramah lingkungan sekaligus ramah disabilitas dan lansia.
“Secara khusus untuk proyek perumahan di Gresik ini kami terapkan konsep ramah lingkungan, ramah disabilitas dan ramah lansia. Ini komitmen kami. Dan kami berharap masyarakat dapat memanfaatkan itu,” ujar Kan Eddy.
Secara fisik bangunan rumah ramah disabilitas, kata Kan Eddy diantaranya adalah memiliki luas lebar pintu minimal 85 cm, termasuk penggunaan ramp dan pintu lipat untuk kamar mandi.
“Mengapa sejak awal kami sudha terapkan konsep ramah disabilitas tersebut, karen akami memahami bahwa setiap manusia berhak untuk mengakses rumahnya dengan mudah. Termasuk nanti saat usia senja, ini juga bagian dari komitmen kami,” ujar Kan Eddy saat ditemui suarasurabaya.net, Selasa (15/11/2016).(tok/ipg)