Setelah mengecat belasan rumah di Cumpat, Kedung Cowek, beberapa bulan lalu, Pemkot Surabaya mengecat 340 rumah di Kejawan Lor, Kenjeran, Jumat (20/5/2016).
“Saya harus bisa mengangkat mereka ke masyarakat middle up (menengah ke atas) supaya harga jualnya lebih baik. Kalau enggak berubah harganya, mereka tetap miskin,” katanya usai mengecat beberapa rumah di RW 2 Kejawan Lor, Kenjeran, Bulak.
Sebab, menurut Risma, para nelayan di Kejawan Lor selama ini melaut berhari-hari tapi harga jual hasil tangkapan laut hanya antara Rp2000 hingga Rp2500.
“Pertama, bagaimana kita bisa membawa orang midle up itu ke sini tanpa jijik, tanpa kuatir makanan yang mereka bawa itu tidak sehat. Makanya lingkungannya harus bersih,” ujarnya.
Pengecatan rumah dengan cat warna-warni itu bertujuan menjadikan lingkungan itu menjadi lebih indah dan lebih layak dilihat.
“Jadi saya berarap, tidak hanya tampilan saja. Tapi mereka (tamu mancanegara PrepCom UN Habitat) bisa lihat masyarakat nelayan bisa bertahan hidup, tanpa berantem,” katanya.
Risma mengacu pada negara peserta PBB yang masyarakatnya sedang dilanda musibah dan pengungsian.
Risma ingin menawarkan pemandangan, bagaimana masyarakat nelayan di Surabaya hidup rukun termasuk dengan pemerintah.
“Karena di sana berantem, soal pengungsi. Semua menuntut PBB harus menangani, kami (Pemkot Surabaya) enggak,” ujarnya.
Pengecatan 340 rumah di lima RT di RW 2 Kejawan Lor ini, menurut Suprayitno Camat Bulak, menghabiskan 29 Pil (20 kilogram) Cat Tembok dan 16 Pil Cat Kayu. (den/rst)