Jumat, 22 November 2024

Remaja Keluarga Broken Home Cenderung Lakukan Hal Negatif

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Roro Kurnia Nofita Rahmawati mahasiswi Magister Psikologi Untag Surabaya, saat memaparkan penelitiannya. Foto: Totok suarasurabaya.net

Berawal dari keprihatinan pada sejumlah siswa yang malas belajar dan sebagian besar berasal dari keluarga broken home, Roro Kurnia Nofita Rahmawati mahasiswi Magister Psikologi lakukan penelitian tentang harga diri remaja broken home.

Menggunakan teknik penelitian Modelling Simbolis, mahasiswi Magister Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini mengaku melakukan penelitian lantaran melihat fakta sejumlah siswanya yang malas belajar, bahkan beberapa diantaranya terlibat seks bebas serta penyalahgunaan narkoba dan minuman keras.

“Beberapa siswa, yang jadi sampel penelitian ini, memang hamil. Mereka mengaku tidak tahu jika pasangannya yang sama-sama masih SMA itu hamil. Bahkan ada juga yang terlibat penyalahgunaan narkotika dan miras. Ini sangat memprihatinkan,” terang Kurnia Nofita Rahmawati.

Keterpurukan para siswa itu membutuhkan pemenuhan kebutuhan harga diri, yang jika tidak terpenuhi akan memunculkan dampak negatif sehingga ada beberapa hal yang kemudian dilakukan seperti bermalsan belajar, seks bebas dan hal negatif lainnya.

Pemenuhan harga diri tersebut ditegaskan Nofita tidak terlepas dari peran serta keluarga, guru serta lingkungan disekitar agar para remaja ini memiliki harga diri yang kuat dan mantap sehingga tidak teprengaruh dengan nilai-nilai atau pengaruh negatif disekitarnya.

“Remaja dari keluarga broken home seringkali tidak mendapat dukungan, diabaikan, dan seringkali juga direndahkan atau bahkan menerima perlakuan buruk dari orang tua sendiri. Orang tua tidak lagi memberikan perhatian mulai dari persoalan dirumah, disekolah sampai dengan pergaulan ditengah masyarakat,” kata Nofita.

Akibatnya remaja akan menderita, mengalami stress atau tekanan dalam dirinya yang dapat dipastikan hal itu akan menghambat pengembangan perasaan dan keyakinan diri remaja itu sendiri. “Obyek penelitian yang ada memang remaja dari keluarga broken home,” lanjut Nofiati.

Dari peneltiian yang dilakukan, muncul fakta bahwa pelajar atau remaja yang berasal dari keluarga broken home memiliki kecenderungan melakukan aktivitas negatif. Diantaranya adalah malas sekolah, malas belajar, terlibat dalam pergaulan bebas, seks bebas, dan penyalahgunaan narkoba.

Oleh karena itu, ditegaskan Nofita yang juga seorang konselor ini, bahwa dalam pertumbuhannya remaja membutuhkan dukungan dari banyak pihak.

“Bukan saja orang tua. Guru disekolah, dan lingkungan disekitarnya juga perlu memberikan dukungan agar para remaja ini tidak sampai mengalami hambatan dalam perkembangan jiwanya,” pungkas Nofita pada suarasurabaya.net, Kamis (18/8/2016).(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs