Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur minta seluruh relawan bisa menahan diri untuk pergi ke lokasi bencana tanpa koordinasi dengan BNPB. Tanpa koordinasi, relawan malah akan merepotkan proses penanggulangan bencana yang ada di lokasi.
“Begitu ada bencana, biasanya banyak relawan berseliweran di lokasi musibah, ini tentu merepotkan dan membuat gaduh penanganan bencana,” kata Sudharmawan, Kepala BPBD Jawa Timur, Senin (12/12/2016).
Selama ini, di lokasi bencana biasanya banyak relawan yang tak berpengalaman. Mereka biasanya datang dan malah lebih sibuk berfoto dan selfie ketimbang membantu penanganan bencana. Para relawan yang tak terlatih ini, bahkan malah merepotkan dan membuat korban tidak nyaman.
Para relawan ini biasanya tak bisa dibendung dan malah memenuhi lokasi bencana. Bahkan kadang juga bikin tidak etis dengan munculnya bendera partai dan bendera relawan yang tak jelas.
“Ini menandakan bahwa kepedulian dan kegotongroyongan di masyarakat kita luar biasa. Tapi akan liar. Sebaiknya dilarang dan perlu serifikasi khusus relawan bencana,” kata Darmawan.
Para relawan yang berangkat, sebaiknya adalah mereka yang telah tersertifikasi. Karenanya, dalam waktu depan BPBD Jawa Timur akan melakukan proses sertifikasi relawan. Mereka juga akan dibekali pengetahuan dan kecakapan kebencanaan.
Terutama pada saat bencana dan pascabencana. Bagaimana membantu petugas, menyiapkan dapur umum, penyediaan fasilitas umum, penyaluran bantuan, dan pekerjaan lain.
Saat ini, setidaknya baru ada tiga kelompok relawan yang sudah diakui. Yakni Tagana, Pramuka dan PMI. Ketiganya memang kerap hadir dalam setiap bencana. Selebihnya belum sepenuhnya murni. (fik)