Achmad Sarwani Anggota Forum Koordinasi Pencegahan Teroris Jatim mengtakan, warga eks Gafatar harus direhabilitasi secara personal agar tidak bermetamorfosa. Sebab, selama ini meski mengaku sudah bubar dari Gafatar, tapi keyakinan ideologi mereka tetap teguh bahkan semakin militan.
Menurut Sarwani, setelah Gafatar bubar pada Agustus 2015, mereka sudah berganti organisasi dengan nama Negara Karunia Tuhan Semesta Alam. Pristiwa pembakaran di Mempawah Kalbar akan menjadikan mereka semakin solid.
“Mereka harus diinstal ulang dengan cara diisolasi. Kalau masih berhubungan, mereka tetap saja bahkan akan semakin kuat. Program rehabilitasi harus dilakukan secara personal. Karena ini masalah ideologi dan keyakinan,” ujarnya dalam diskusi di Kantor Pusat Studi HAM (Pusham) Unair Surabaya, Senin (1/2/2016).
Menurut Sarwani, tahapan para pengikut Gafatar memang masih panjang. Hasil investigasinya, bahwa Gafatar memiliki tahapan perjuangan yaitu Syiron (sembunyi-sembunyi), Jahron (terang-terangan), Hijrah (transmigrasi), Finansial (investasi dan bercocok tanam), Qital (membangun pertahanan perang) dan terakhir Khilafah (kepemimpinan suatu negara).
“Saat ini yang baru dilalui adalah program ketiga yaitu hijrah ke Kalimantan Barat,” katanya.
Pergerakan mereka begitu cepat karena yang mereka merekrut dengan mengutamakan SDM sebagai pengutan organisasi.
“Yang dicari mereka adalah cendekiawan muda. Tujuannya untuk menguatkan organisasi. Programnya ketahanan dan kemandirian pangan. Di saat pemerintah baru wacana, mereka sudah melaksanakan dengan para tenaga ahli itu,” katanya.
Mantan anggota NII ini juga mengatakan, ideologi yang dianut Gafatar hampir sama dengan NII yaitu mendirikan tempat dan sistem baru. Hanya saja, modus dan strateginya yang berbeda.
Gafatar juga memiliki susunan pemimpin mulai Presiden, Gubernur, Bupati-Walikota dan seterusnya. Secara umum jumlah anggota Gafatar sebanyak 60.000 orang di seluruh Indonesia. Mereka memiliki para tokoh yang bergerak di kepemimpinan sebanyak 7.149 orang.
“Dana mereka terkumpul Rp 3 triliun yang berputar ,” katanya.
Untuk mengembalikan mereka pada keyakinan yang wajar, harus dilakukan dengan pendekatan personal. Hal itu bisa dilakukan dalam tempo satu bulan asalkan intens dikonseling. “Selama ini pemerintah hanya mempedulikan masalah sosial mereka,” katanya.(bid/ipg)