Jumat, 22 November 2024

Popok, Daster, Sampai Kasur Sering Ditemukan Saat Normalisasi Sungai

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi. Sungai sampah? Kondisi sungai di perempatan Beciro, Gedangan, Sidoarjo pada Juli 2014, pukul 10.53 WIB. Foto: Netter Suara Surabaya

Banjir di Sidoarjo berulang setiap tahun. Dampaknya cukup luas. Rumah-rumah kemasukan air, kegiatan belajar mengajar di sekolah harus berhenti, juga kemacetan. Belum lagi jalan raya yang terkikis banjir, rusak dan berlubang. Bahaya kecelakaan menghantui setiap pengguna jalan.

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sampai menambah anggaran rehabilitasi dan perbaikan jalan, dalam perubahan APBD Sidoarjo. Anggaran ini digunakan untuk menutup jalan-jalan yang berlubang, akibat banjir yang terjadi setiap musim hujan. Padahal, anggaran ini bisa dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas umum, yang bermanfaat bagi warga.

Penyebab banjir, dari tahun ke tahun, sama. Sungai-sungai di Sidoarjo, yang bermuara dari Sungai Buntung, tidak mampu menampung hujan. Terjadi penyumbatan atau pendangkalan sungai akibat adanya sedimentasi.

Isgiyanto Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jaringan Sumber Air (PJSA) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas menyatakan, normalisasi sungai di Sidoarjo sudah rutin dilakukan. Rutinitas itu sering membuat mereka terkejut dengan temuan barang-barang rumah tangga dari dasar sungai.

“Kita harus duduk bersama karena masalah banjir ini tidak bisa diselesaikan secara sektoral maupun dalam waktu dekat. Kita harus melihat dari daerah, dari Cipta Karya, juga masyarakat. Kita yang melakukan pengerukan masih sering menemukan sedimen, bukan tanah tapi ada popok, kasur, daster. Itu juga cukup besar andilnya untuk kelancaran saluran itu,” kata Isgiyanto, yang ditemui usai rapat dengan SKPD dan DPRD Sidoarjo.

Masalah lain yang muncul berkaitan dengan banjir adalah bangunan di bantaran sungai. Seperti yang terjadi di daerah Bungurasih yang mana banyak bangunan berdiri tepat di bantaran sungai, bahkan beberapa menjorok ke sungai. Ini menyebabkan serapan tanah terhadap air hujan berkurang, akibatnya beban sungai bertambah.

Untuk itulah, Isgiyanto mengatakan, para pemangku kebijakan baik dinas di lingkungan Pemkab Sidoarjo serta DPRD Sidoarjo sepakat menyusuri bantaran sungai bersama-sama.

Rencana ini setidaknya akan dilakukan dua pekan mendatang, terutama untuk berbincang dengan warga pemilik bangunan di bantaran sungai soal banjir yang turut disebabkan oleh keberadaan bangunan mereka.

Isgiyanto mengaku tidak ingin ada penggusuran-penggusuran yang membuat situasi tidak nyaman. Kesadaran mengenai masalah banjir ini harus datang dari warga. Termasuk kesadaran tidak lagi mengotori sungai dengan sampah rumah tangga. Karena perilaku itu menjadi faktor utama penyebab banjir yang akhirnya menyusahkan mereka sendiri.(den/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs