Sabtu, 23 November 2024

Perubahan Iklim Sisakan Berbagai Problem Kesehatan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Sharad Adykary penasehat kesehatan lingkungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Foto: Humas Unair

Penyebab beserta dampak perubahan iklim menyisakan berbagai problem di bidang kesehatan, kata Sharad Adykary penasehat kesehatan lingkungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam “1st SEHAT (Seminar on Environment and Health) Toward SDG`s Achievement 2030: Integration System on Environment and Health Sustainability” di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (8/11/2016).

Sharad mengatakan, tanpa respon dan kebijakan yang efektif, perubahan iklim akan mengakibatkan masalah pada kuantitas dan kualitas air, malnutrisi (kekurangan gizi), ketahanan pangan, hingga dampak bencana yang diprediksi bakal terjadi.

Diperkirakan pada tahun 2050, jumlah penduduk yang tinggal di daerah yang mengalami krisis air akan meningkat dua kali lipat. Kemudian, terkait keamanan pangan, pada tahun 2020 di sejumlah negara Afrika, hasil dari pertanian tadah hujan bisa diperkirakan berkurang setengah.

Terkait pengendalian penyakit infeksi, diperkirakan pada tahun 2030, populasi penderita malaria di Afrika akan meningkat menjadi 170 juta. Sedangkan, pada tahun 2080 pengidap virus dengue akan meningkat menjadi 2 miliar. Kemudian terkait perlindungan dari bencana, menurut data yang disampaikan Sharad, terjadi peningkatan risiko banjir di pesisir dan area daratan yang mengalami kekeringan.

Terkait dengan dampak perubahan iklim di bidang kesehatan, Sharad menyarankan peneliti dan dan pengambil kebijakan di bidang kesehatan agar terus memperbarui koleksi data dan saling bertukar informasi.

Sementara, Dr. Ing. Hendro Wicaksono peneliti asal Institut Teknologi Karlsruhe (KIT), Jerman, yang menerangkan tentang “Sustainability of Smart City in European Union” mengatakan, kota-kota di Eropa mengalami perubahan sejak sekitar tahun 1800an sampai sekarang. Bila dulu kota-kota di Eropa dikenal dengan tipe kota kebun (garden city) dan kota mandiri (broadacre city) maka sekarang mereka bergerak ke arah future city (kota masa depan).

“Dalam future cities, ada beberapa langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim. Ada rencana untuk mengurangi 80 persen gas rumah kaca pada tahun 2050, penggunaan energi terbarukan sampai 80 persen pada tahun 2050, setiap bangunan bisa mengurangi konsumsi energi sampai 80 persen, dan mengurangi emisi transportasi sampai 40 persen,” kata Hendro seperti dalam rilis Universitas Airlangga.

Menurut dia, agar sebuah kota bisa menjadi kota keberlanjutan, maka diperlukan implementasi dari berbagai aspek. Dari aspek sosiokultural, pembuatan kebijakan terkait pembangunan seharusnya melibatkan seluruh kalangan warga. Sedangkan, dari aspek transportasi, perlu dilakukan car sharing.

Acara seminar SEHAT merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Dies Natalis UNAIR ke-62. Dr. Rr. Azizah, S.H., M.Kes, ketua panitia seminar SEHAT berharap agar pelaksanaan seminar internasional ini mampu menjembatani perguruan tinggi, perusahaan swasta, pemerintah, dan organisasi profesional dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.(iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs