Minggu, 24 November 2024

Perizinan Sulit, Peneliti 18 Negara Diskusi Soal Riset Bersama di Surabaya

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Prof. Ivan A. Parinov dari Southern Federal University-Rusia saat memberikan sambutan dalam Phenma 2016 di Hotel Elmi, Selasa (19/7/2016). Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Sebanyak 18 peneliti dari beberapa negara bertemu di Surabaya untuk berdiskusi mengenai kegiatan riset bersama dalam konferensi internasional, Physics and Mechanics of New Materials and Their Applications (Phenma) 2016 di Hotel Elmi, Selasa (19/7/2016).

Muaffaq Achmad Jani Conference Chairs Phenma 2016 mengatakan, konferensi itu tidak hanya soal seminar namun akan berlanjut dalam berbagai kerja sama. Antara lain kerja sama publikasi, pertukaran pelajar, hingga beasiswa pendidikan antarnegara.

“Kehadiran para peneliti ini akan bermanfaat bagi perkembangan riset di Indonesia,” ujar Dekan Fakultas Teknik (FT) Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya itu.

Dia mengatakan kerjasama penelitian lintas negara di Indonesia masih terkendala prosedur perizinan yang berbelit. Contohnya, saat akan meneliti luapan Lumpur Lapindo dan penelitian lain di Indonesia,

“Penelitian itu hanya ingin tahu kandungan di dalam lumpur. Tapi mengajak peneliti asing, maka proses perizinannya panjang dan sulit turun,” katanya.

Dengan adanya simposium itu, Muaffaq berharap muncul solusi mengenai perizinan yang berbelit dari pemerintah Indonesia.

“Simposium ini, akan bisa membawa hasil riset peneliti Indonesia yang kurang laku di Indonesia, agar terekspos dan punya pembaca di negara lain,” ujarnya.

Sementara, Prof. Ivan A. Parinov dari Southern Federal University-Rusia yang terlibat dalam Phenma 2016 mengatakan, proses perizinan di Indonesia sangat berbeda dengan pemerintahan Rusia. Menurutnya, pemerintah Rusia sangat mendukung penelitian.

“Padahal Indonesia punya banyak potensi alam serta sumber daya manusia (SDM) yang bisa dikembangkan. Seharusnya pemerintah mendukung penuh dengan perkembangan riset, baik izin prosedur maupun pendanaan dan pengaplikasian hasil riset,” kata Ivan.

Selain perbaikan prosedur perizinan, Ivan menekankan perlunya pembinaan peneliti muda. Menurutnya, peneliti muda adalah masa depan bangsa.

Hal senada diungkapkan Prof Chitsan Lin John peneliti dari National Kaohsiung Marine University-Taiwan. Mereka mengakui besarnya potensi Indonesia di berbagai bidang.

“Sumber daya alamnya luar biasa besar, kaya budaya, agama, dan lain sebagainya. Indonesia tinggal memikirkan bagaimana cara memanage dengan baik,” katanya.

Chitsan Lin John menambahkan, yang terpenting bagaimana menyambungkan hasil riset penelitian dengan dunia industri.

Menurutnya, di Rusia dan Taiwan, dukungan industri terhadap dunia riset cukup kuat. “Indonesia harus berupaya memulainya,” ujarnya.(den/dwi)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs