Sejumlah pegiat dan pemerhati cagar budaya Kota Surabaya, merespon positif rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang akan merevitalisasi kawasan bersejarah seperti Peneleh. Bentuk Peneleh Herritage Corner.
Pegiat dan pemerhati cagar budaya Kota Surabaya membentuk Peneleh Heritage Corner, sebagai satu diantara respon positif terhadap rencana revitalisasi kawasan bersejarah di Kota Surabaya yang dijadwalkan akan dilaksanakan Pemerintah Kota Surabaya.
“Peneleh Herritage Corner seperti tempat untuk berdiskusi, saling bertukar informasi atau kajian-kajian terkait rencana Pemkot Surabaya yang akan merevitalisasi kawasan bersejarah di kota ini, termasuk kawasan Peneleh,” ujar Kuncarsono Prasetya penggagas Peneleh Herritage Corner.
Peneleh Herritage Corner bertempat di kawasan Jl. Makam Peneleh, Surabaya yang memang tidak jauh dari lokasi kompleks pemakaman Belanda yang ada di Surabaya. “Tempat ini sudah ada sejak sekitar 1907. Lodji Besar Ini bangunan cagar budaya,” kata Kuncarsono.
Pada bangunan bernama Lodji Besar itulah aktivitas Peneleh Herritage Corner akan bergerak. Selama ini, kata Kuncarsono ditempat itu digunakan sebagai satu di antara pusat informasi bagia warga masyarakat maupun turis mancanegara yang ingin mengetahui sejarah Peneleh.
Di dalamnya terdapat tulisan-tulisan yang memuat arsip tentang situs-situs bersejarah, rumah peninggalan Belanda, termasuk makam keluarga-keluarga Belanda, serta berbagai macam manuskrip penting lainnya tentang sejarah Peneleh dan Kota Surabaya.
“Kawasan Peneleh sudah dikenal manca negara. Karena ada situs-situs peninggalan sejarah yang cukup penting. Ada Masjid Jamik, rumah HOS Tjokroaminoto, juga rumah kelahiran Bung Karno. Sejarah mencatat mereka sebagai pelaku sejarah kemerdekaan negeri ini,” kata Kuncarsono.
Selain sebagi respon terhadap upaya positif Pemkot Surabaya merevitalisasi kawasan bersejarah di Kota Surabaya, Peneleh Herritage Corner juga bertujuan menjadi semacam pusat informasi bagi masyarakat dan wisatawan manca negara.
“Semoga Peneleh Herritage Corner yang juga dilengkapi dengan cafe untuk rehat setelah melakukan perjalanan menyusuri perkampungan Peneleh, menjadi satu diantara pusat informasi agar mereka yang akan menikmati mlaku-mlaku nang Peneleh tidak kesasar,” kata Kuncarsono saat ditemui suarasurabaya.net, Kamis (15/12/2016).(tok/ipg)