Pemerintah Turki mengajukan permohonan resmi kepada Amerika Serikat untuk menangkap Fethullah Gulen ulama Turki yang tinggal di Negeri Paman Sam, dengan tuduhan sebagai dalang kudeta militer yang gagal pada 15 Juli 2016.
Turki menuding beberapa anggota gerakan keagamaan Gulen melakukan pemberontakan dua bulan lalu, dengan melibatkan tentara dalam upaya mengambil alih kekuasaan.
Laporan Reuters yang dilansir Antara, Selasa (13/9/2016), Recep Tayyip Erdogan Presiden Turki membicarakan soal permintaan itu dengan Presiden AS Barack Obama di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G-20 di China, awal bulan ini.
Pejabat tinggi pemerintahan AS menyatakan, Obama memberikan penjelasan kepada Erdogan bahwa keputusan itu bisa menjadi keputusan hukum, bukan politis.
Erdogan menyatakan Washington tidak punya alasan untuk melindungi Gulen, mantan sekutu Erdogan yang menurut sejumlah pejabat Turki membangun jaringan pengikut selama beberapa dasawarsa di tubuh pasukan Angkatan Darat dan kantor pelayanan umum untuk mengambilalih Turki.
Setiap upaya penangkapan Gulen bisa menjadi langkah pertama menuju ekstradisi, namun para pengacara mengatakan bahwa proses itu membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Bahkan, ketika disetujui hakim, permintaan ekstradisi masih harus diajukan kepada Kementerian Luar Negeri AS, yang bisa mempertimbangkan unsur di luar hukum, seperti, alasan kemanusiaan.
Sebelumnya, lembaga penyiaran Turki (NTV) melaporkan bahwa Kementerian Kehakiman Turki memerintahkan penangkapan Gulen karena diduga memerintahkan dan memimpin upaya pemberontakan.
Gulen yang tinggal di pengasingannya di negara bagian Pennsylvania, AS, sejak 1999, dengan tegas menampik tuduhan terlibat dalam upaya kudeta itu. (ant/rid/ipg)