Puluhan senjata yang pernah dipakai pejuang merebut kemerdekaan dibersihkan anak-anak muda bersama anggota Sekolah Komando Pasukan Katak, Sabtu (29/10/2016). Kegiatan ini bertujuan untuk penghormatan pada para pejuang pendahulu.
Kegiatan yang dilakukan komunitas Roodreburg Soerabaia dipandu anggota Sekolah Komando Pasukan Katak ini melibatkan 16 senjata.
Senjata-senjata berbagai jenis tersebut menurut Letnan Kolonel Yudo Ponco Ari Komandan Sekolah Pasukan Katak, merupakan senjata yang digunakan pejuang pada masa lalu untuk bertempur melawan penjajah Jepang maupun Sekutu yang ingin kembali menduduki Indonesia.
“Tentu saja ini sebuah kehormatan bagi kami untuk bisa menyentuh dan ikut membersihkan senjata-senjata yang dulu pernah digunakan pejuang pendahulu kami untuk bertempur. Ini sangat luar biasa dan ini juga bentuk penghormatan kami kepada jasa-jasa beliau, para pejuang,” Letkol Yudo Ponco Ari.
Senjata laras panjang yang dibersihkan ditegaskan Ponco memang hanya sebatas dibersihkan saja. Tidak dipaksakan untuk bisa ditembakkan.
“Tetapi dengan membersihkan dan meminyaki perangkat mekanis di dalamnya, harapan kami senjata-senjata ini tetap terjaga kebersihannya,” kata Ponco.
Diakui atau tidak, senjata-senjata itu juga menjadi saksi pertempuran dan pengorbanan para pejuang ketika beradu nyawa di medan pertempuran. “Ini saksi bisu sejarah perjuangan bangsa ini. Senjata-senjata ini ikut bertempur dan menjadi saksi bisu sejarah,” lanjut Ponco.
Setelah dibongkar, kemudian dilepaskan satu persatu bagian-bagian dari senjata itu, lalu diminyaki dengan pelumas khusus agar senjata tidak sampai karatan dan tetap masih terawat.
Sementara itu Ari Setiawan anggota Komunitas Roodreburg Soerabaia mengatakan bahwa selain menghormati pejuang pendahulu, kegiatan hari ini juga untuk mengenang fase pertama pertempuran Surabaya sebelum memasuki pertempuran besar 10 November 1945.
“Pada 27 Oktober sampai dengan 29 Oktober 1945 di Surabaya pecah perang fase pertama sebelum pertempuran besar 10 November 1945. Pada pertempuran fase pertama itulah Jenderal Mallaby terbunuh. Kegiatan hari ini juga untuk mengenang hal itu,” kata Ari Setiawan.(tok/fik)