Jumat, 22 November 2024

Pahami Konten Sejarah Bangsa Lewat Service Learning ke Dolly

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Para mahasiswa mengikuti program service learning di eks lokalisasi Dolly. Foto: Totok suarasurabaya.net

Program Service Learning digelar Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya di ex-Dolly, diharapkan menjadi langkah awal para mahasiswa memahami konten sejarah bangsa.

Sekurangnya 170 mahasiswa terbagi dalam 34 kelompok peserta mata kuliah Sejarah Budaya Indonesia, Kamis (1/12/2016) gelar Service Learning pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) di bekas lokalisasi Dolly.

Kegiatan bertajuk Kisah yang (Hampir) Terlupakan (Sebuah Perancangan Media Komunikasi Visual Cerita Rakyat Surabaya Berbasis Service Learning Mata Kuliah Sejarah Budaya Indonesia) dimulai sejak 24 November 2016 dan dijadwalkan berakhir pada 4 Desember 2016.

Acara digelar di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) RW 10 dan RW 11 juga di balai RW 3 itu berada tidak jauh dari kawasan Jl. Putat Jaya, Surabaya.

“Kegiatan ini dukungan bagi program Pemkot Surabaya dan Dinas Sosial dalam rangka memberdayakan masyarakat dibekas lokalisasi. Para mahasiswa diharapkan mampu merancang dan menyajikan konten sejarah budaya,” kata Aniendya Christianna, S.Sn., M. Med. Kom., dosen pengampu mata kuliah Sejarah Budaya Indonesia UK Petra Surabaya.

Konten sejarah yang dimaksud, lanjut Aniendya dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk sebagai sarana komunikasi visual sekaligus juga mampu menemukan permasalahan-permasalahan dalam masyarakat kemudian mengajukan alternatif solusinya.

Lebih kurang 17 cerita rakyat yang dibagikan di Taman Bacaan tersebut. Berbentuk komik, cerita bergambar atau wayang. Dan dari ke 17 buku cerita yang dibagikan itu, diantaranya adalah cerita tentang asal-usul nama Surabaya, Sarip Tambak Oso, Sawunggaling versi Wiyung, Sawunggaling versi Lidah Wetan.

Juga ada cerita tentang Joko Dolog, Maling Cluring atau dikenal sebagai si Pitungnya Jawa Timur. Lalu ada juga Kyai Ndersemo dari Sidosermo, Pangeran Pekik. Ada juga cerita tentang asal usul nama kampung Banyu Urip, asal usul nama kampung Keputran.

Cerita tentang Joko Berek sebagai Tumenggung Surabaya, kisah Kerajaan Tandes, Mbah Bolong dari Ampel, Buyut Canting dari Karangpilang, asal usul nama Kampung Kraton, Perang melawan tentara Tar-Tar di lapangan Kabarahun atau yang saat ini dikenal sebagai kampung Kebraon dan kisah tentang Sunan Ampel Denta.

Sengaja dipilih cerita rakyat Surabaya, dengan pertimbangan bahwa penyampaian cerita sesuai dengan lokasi atau asal-usul menjadi lebih mudah dipahami dan dimengerti.

“Bercerita, mendongeng, story telling adalah satu diantara cara yang efektif untuk anak-anak, termasuk dengan pemilihan cerita yang sesuai dengan lokasi dimana anak-anak berada menjadi sangat digemari,” tambah Aniendya Christianna.

Yang tidak kalah penting, tambah Aniendya melalui bercerita nilai-nilai moral tentang kehidupan dapat disematkan secara menarik kepada anak-anak.

Sedangkan pemilihan Kota Surabaya sebagai bahan cerita, karena Surabaya sebagai bagian kecil dari hamparan kepulauan Indonesia memiliki cerita-cerita rakyat yang jarang diketahui oleh banyak orang, termasuk mereka yangasli dari Surabaya.

Hal ini, lanjut Aniendya dikarenakan tradisi lisan yang terjadi secara turun temurun, sehingga lambat laun tradisi yang tidak ditemurunkan, ditambah pula dengan paparan teknologi komunikasi yang melesat cepat, membuat kisah-kisah ini ditinggalkan dan dilupakan.(tok/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs