Persatuan Insan Kolintang Nasional (PINKAN) dijadwalkan menggelar lomba dan festival Kolintang di Surabaya sebagai bagian dari upaya untuk mencatatkan diri kepada Unesco agar Kolintang menjadi bagian dari warisan budaya dunia asal Indonesia.
Dijadwalkan pada Sabtu (27/2/2016) digelar lomba Ansambel Musik Kolintang Kayu (AMKK) dengan mempertandingkan beberapa kategori mulai dari tingkat pelajar, SD, SMP dan SMA, mahasiswa, serta umum.
Untuk kategori umum secara khusus akan dipertandingkan berbagai kelompok AMKK yang berasal dari sejumlah propinsi di Indonesia. Di antaranya dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Jawa Barat dan Banten serta Kalimantan Timur.
Sedangkan untuk festival yang dijadwalkan akan digelar pada Minggu (28/2/2016) mendatang, akan tampil kelompok-kelompok AMKK yang sebelumnya sudah dilakukan screening ketat.
“Kami berharap nantinya lomba Kolintang atau lengkapnya lomba AMKK ini menjadi langkah awal agar masyarakat luas lebih mengenal Kolintang. Ini adalah upaya kami agar Kolintang semakin dikenal,” kata Anie Rachmat Sudibjo Ketua Umum PINKAN.
Lebih lanjut Anie menegaskan bahwa Kolintang sebagai alat musik asli Indonesia, tidak berbeda dengan alat musik tradisional lainnya yang memang lahir dan ada di Indonesia. Alangkah ironisnya ketika alat musik tradisional asli Indonesia itu nantinya akan lenyap jika masyarakat sendiri tidak merawatnya.
“Oleh karena itu, lomba dan festival ini kami gelar menjadi langkah awal. Selanjutnya akan kami lanjutkan dengan upaya-upaya lain sebagai bagian dari upaya untuk mencatatkan Kolintang sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia,” ujar Anie.
Apakah setelah dicatat Unesco sebagai bagian warisan budaya dunia asal Indonesia kemudian Kolintang dibiarkan seperti saat ini? Anie menegaskan bahwa upaya itu tidak berhenti hanya sampai dicatat Unesco.
“Tentunya kami akan berharap bahwa Kolintang menjadi bagian dari kurikulum sekolah yang nantinya diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai kurikulum internal. Sehingga semua siswa mengenal Kolintang,” kata Anie.
Sementara itu ditambahkan Soetiadji Yudho Panitia Pelaksana Lomba dan Festival AMKK di Surabaya bahwa nantinya masyarakat utamanya pelajar dan mahasiswa dapat menyaksikan kegiatan ini.
“Untuk membuktikan bahwa AMKK sendiri memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan alat musik tradisional lainnya yang juga memainkan beragam jenis komposisi dan lagu. Silakan datang,” kata Soetiadji Yudho pada suarasurabaya.net, Selasa (23/2/2016).(tok/ipg)