Dr Amir Zuhdi Pakar Neurosains dari Komunitas Neuronesia mengatakan emosi orang tua dalam proses pengasuhan sangat memengaruhi perkembangan otak anak serta prestasinya di masa depan.
“Lingkungan yang destruktif seperti emosi orang tua dapat menghambat perkembangan otak anak. Oleh karenanya diperlukan keterampilan orang tua dalam mengelola kemarahan dalam proses pengasuhan anak,” ujar Amir dalam seminar di Jakarta, Minggu (31/1/2016) seperti dikutip Antara.
Pengasuhan anak yang baik hendaknya berbasis perkembangan otak karena otak anak tersebut berkembang bertahap. Pengasuhan yang baik menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak.
Pada otak terdapat sirkuit saraf otak yang mengatur sistem pengasuhan. Sirkuit tersebut bernama “otak pengasuhan” yang terdiri dari Sistem Limbic, Cortex PreFrontal, Lobus Parietalis, Lobus Temporalis, Lobus Temporalis, Lobus Occipithalis, dam Cerebellum serta Batang Otak.
Masing-masing “otak pengasuhan” itu berkembang secara bertahap dan mengasuh sesuai dengan perkembangan otak anak.
“Anak yang berusia nol sampai 13 tahun, harus diasuh pada pengasuhan emosi. Anak seusia tersebut telah mengenal berbagai jenis emosi seperti marah, sedih, cemas, gembira, dan cinta. ,” jelas dia.
Orang tua, lanjut dia, harus memahami cara dasar penanganan emosi yang muncul pada dirinya. Jika tidak, maka ketidakmampuan mengelola emosi akan mengganggu prestasi hidupnya.
“Mengasuh anak dengan melibatkan seluruh panca indra dapat mempengaruhi kualitas penyerapan informasi yang terproses dalam otak anak.”
Anak pada usia tersebut juga harus diberi berbagai macam stimulan yang baik. Lingkungan yang kaya dan variatif dengan permainan membuat otak anak berkembang pesat.
Selain itu, pemberian makanan dengan kualitas gizi yang baik merupakan amunisi penting bagi otak anak tersebut.(ant/dop/dwi)