Dahnil Anzar Simanjuntak Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menghargai pendapat pribadi Buya Syafii Maarif yang menyampaikan pendapat yang berbeda. Perbedaan Buya itu dengan umumnya Muhammadiyah soal Basuki Tjahaja Purnama yang dalam sebuah acara televisi menyebutkan bahwa Basuki tidak menista Islam.
“Terkait dengan perbedaan pandangan arus besar kader dan warga Muhammadiyah dengan Buya Syafii Maarif harus pula disikapi dengan elok dan arif,” kata Dahnil di Jakarta, Kamis (10/11/2016).
Dia mengatakan, Buya Syafii adalah sahabat kader Muhammadiyah yang baik dan mengharapkan perbedaan pendapat tidak memecah belah warga Muhammadiyah.
“Perbedaan pandangan dalam Muhammadiyah adalah hal biasa, justru melalui perbedaan tersebut tradisi dialog yang memajukan hadir. Dialog yang memajukan di mana nalar nan sehat dirawat, dialog di mana kebaharuan bisa lahir,” kata dia.
Beda pendapat mengenai suatu persoalan, kata Dahnil, justru harus disambut dengan dialog yang memajukan, saling mendukung dan menghormati.
“Kita hormati pandangan Buya Syafii Maarif dan sahabat lain yang satu pandangan dengan beliau,” kata Dahnil dilansir Antara.
Meskipun memiliki pandangan berbeda soal dugaan penistaan agama oleh Ahok, Dahnil mengaku tetap pengagum Buya Syafii yang pernah memimpin Muhammadiyah.
Lewat akun Twitter milik Dahnil, ketum PP Pemuda Muhammadiyah itu mengaku telah mendatangi kediaman Buya Syafii di Yogyakarta untuk berdialog mengenai perbedaan pandangan soal dugaan penistaan agama.
Menurut dia, ada pihak-pihak yang sengaja memanfaatkan momentum perbedaan pandangan soal dugaan penistaan agama itu untuk mengadu domba Muhammadiyah.
“Saya dan kawan-kawan muda Muhammadiyah terbiasa dialog dan berbeda pendapat bukan hanya dengan Buya Syafii, dengan tokoh senior Muhammadiyah lain. Tetap hormat,” kata dia. (ant/tit)