Oktober 2014 lalu, Janna dan Amanda Soekasah Joesoef, saudara kembar pebisnis fashion, bersama Wulan Guritno sineas Indonesia memulai gerakan itu.
Gerakan Gelang Harapan yang mereka harapkan menjadi sebuah gerakan solidaritas mulai mereka kampanyekan secara viral melalui Instagram.
“Waktu itu kami terpikir memulai gerakan positif di media sosial. Karena medsos itu kalau dipakai negatif bisa sangat negatif, kalau dipakai positif bisa sangat positif,” ujar Amanda Soekasah kepada suarasurabaya.net di XX1 Ciputra World, Minggu (21/2/2016).
Ketiganya sepakat memulai sebuah gerakan solidaritas melalui Instagram. Bentuknya, menjual gelang daur ulang untuk didonasikan ke orang-orang yang membutuhkan.
“Kemudian kami bertiga ke ibu saya dan Janna, Ghea Panggabean yang meruapakan Desainer Indonesia. Ibu punya banyak kain sisa setelah menjahit. Istilahnya kain jumputan. Jumputan ini ternyata artinya pelangi, yang menjadi simbol harapan,” katanya.
Kain sisa produksi itu pun mereka daur ulang menjadi gelang. Karena menurut Amanda gelang tidak mengenal umur dan jenis kelamin, siapa saja bisa memakainya.
Jadilah gerakan viral itu mereka namai Gelang Harapan. Tagar “Gelang Harapan” pun mulai dikampanyekan oleh jejaring mereka di media sosial dan terus meluas.
Berawal dari 25 buah gelang pada saat itu, hingga hari ini, penjualan gelang harapan oleh trio pekerja kreatif ini pun telah mencapai angka 20 ribu gelang.
“Itu pun karena menunggu kain sisa, ya. Ternyata permintaan gelang ini terus bertambah sampai hari ini,” ujar perempuan yang mengaku telah bersahabat sejak lama dengan Wulan Guritno ini.
Ketiganya pun ingin gerakan ini lebih dikenal masyarakat luas. Setelah bertemu dengan rekan mereka di Alkimia Production dan Berlian Entertainment, terciptalah konsep music, movie and moment yang mereka sebut care entertainment (peduli melalui entertainment).
Karya pertama care entertainment yang mereka gagas adalah film tentang perjuangan melawan kanker bertajuk I am Hope yang diproduseri sendiri oleh tiga perempuan bersahabat ini, disutradarai oleh Adilla Dimitri, suami Wulan Guritno.
Fokus Pada Kanker
Karena seringkali mendapatkan cerita mengenai perjuangan teman-teman mereka yabg keluarganya menjadi korban Kanker, gerakan kepedulian “Gelang Harapan” dan Care Entertainment ini pun berfokus pada Kanker.
Salah satu hasil donasi gerakan ini adalah Ruang Harapan, sebuah ruang tunggu pasien rawat inap Kanker yang berlokasi di dekat ruang radiotherapy di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
“Ruang tunggu ini untuk keluarga penderita kanker yang menjalani rawat inap di RSCM. Di sana mereka juga bisa sambil menjalani pelatihan membuat gelang harapan, yang satu gelangnya kami beli seharga 5 ribu,” ujar Wulan Guritno.
Wulan mengatakan, para penderita kanker yang menjalani perawatan di rumah sakit, pasti akan kehilangan pekerjaan. Demikian halnya keluarga mereka yang harus mendampingi di rumah sakit.
“BPJS kan hanya menanggung perawatan dan pengobatan saja, tidak memberikan biaya hidup bagi penderita dan keluarga mereka yang kehilangan pekerjaan,” katanya.
Tidak hanya Ruang Harapan, aktivis Gelang Harapan yang juga terdiri dari artis papan atas Ibukota, setiap saat siap menjenguk pasien penderita sebagai bentuk support dan pendampingan.
Harapan Wulan, agar pasien akhirnya lebih memiliki harapan sembuh karena telah mendapat dukungan dari keluarga, tapi juga orang lain yang peduli terhadap mereka.
Amanda Soekasah mengatakan, nantinya selain kanker dia berharap gerakan ini juga dapat meluas ke bidang lain dan membantu lebih banyak orang yang membutuhkan.
“Kalau gerakan yang fokus di Kanker ini berhasil, nanti kami ingin bisa ke bidang lain. Apakah itu ke penyakit lain, atau ke pendidikan, apa aja, gitu,” katanya.
Ketiganya menyukai kegiatan sosial yang mereka lakukan. Sebab, cara mereka membantu orang lain dengan cara yang mereka sukai.
“Karena cara yang kami lakukan merupakan passion kami masing-masing, tapi tetap bisa membantu orang lain,” ujar Amanda. (den)