Instan, serba cepat, adalah fenomena tersendiri pada masyarakat modern saat ini. Mie Instant contohnya. Inilah yang menggelitik Arga Aditya, kurator muda komunitas Makmur Project yang lalu menggandeng 6 seniman menggarap project Mie kirin Indonesia.
Pesimisme dan sinisme artistik atas keprihatian budaya instan disajikan dengan berbagai bumbu yang berbeda namun tetap apik ke dalam 11 karya seni rupa lukis, grafis dan instalasi penuh warna dan sindiran positif para seniman muda Jakarta, Semarang, Surabaya dan Yogyakarta ini.
Solusi dalam rupa kreasi seni juga dihadirkan para seniman. Sebagai upaya mengajak masyarakat meningkatkan penggunaan bahan baku lokal seperti beras, ketela, maupun singkong dalam keseharian kehidupannya.
Selain karya seni kreatif yang dapat dinikmati, tersedia pula sebuah ruang interaktif, unik yang merupakan wadah komunikasi antara pengunjung dan seniman. Melalui ruang inilah masyarakat diharap memberikan umpan balik atas karya yang dihadirkan oleh para seniman.
“Makmur Project dibentuk di Agustus 2015, dipelopori seniman, akuntan dan kurator. Makmur Project adalah proyek untuk mengulas berbagai fakta menarik dibalik fenomena popular masyarakat Indonesia, sekaligus sebuah bentuk kepedulian,” ujar Arga Aditya pada suarasurabaya.net, Sabtu (5/3/2016).
Kepedulian generasi muda terhadap kondisi bangsanya sendiri. “Setiap proyek yang diangkat akan melalui tahapan observasi oleh semua pihak yang terlibat. Hasil dari observasi inilah yang kemudian dipresentasikan dalam bentuk pameran seni rupa,” kata Arga Aditya.
Survivor misalnya, menghadirkan cropping tubuh seorang lelaki gagah yang berdiri hening di antara putih bulu halus yang bertaburan. Danni Febriana sang seniman menggambarkan keberadaan masyarakat Indonesia sebagai pelaku konsumtif, dan korban derasnya arus ketergantungan impor bahan pangan dari luar negeri.
Pagelaran Mie kirin Indonesia dijadwalkan dihelat mulai Jumat (4/3/2016) sampai dengan Sabtu (26/3/2016), di Galeri Seni House of Sampoerna (HoS) Surabaya.(tok/fik)