Rini Soemarno Menteri BUMN berkunjung ke Rembang menemui warga, untuk mendengar aspirasi terkait polemik pembangunan pabrik Semen Indonesia, Selasa (9/8/2016).
Rini berharap ke depannya melalui perusahaan BUMN, pemerintah dapat menurunkan angka kemiskinan, membantu masyarakat meningkatkan kesejahteraan.
Kunjungan Menteri BUMN kali ini didampingi Abdul Hafid Bupati Rembang dan beberapa Direktur perusahaan BUMN seperti PLN, Bank BTN dan BRI. Acara ditempatkan di Balai Museum R.A Kartini Rembang.
Rini Soemarno yang sebelumnya berkunjung ke plant site pabrik dan ke Desa Tegaldowo mengaku heran dengan pemberitaan yang selama ini beredar. Rini mengaku prihatin terhdap laporan warga kepada presiden selama ini.
Desa Tegaldowo menurutnya merupakan desa yang menyenangkan, warganya ramah, hidup tenang, rumahnya bagus. Tidak seperti yang diberitakan di media bahwa terjadi konflik antara warga penolak dan pendukung pembangunan pabrik semen.
Sementara Abdul Hafid Bupati Rembang mengatakan angka kemiskinan di Rembang saat ini mencapai 19 persen, Pemerintah menargetkan angka kemiskinan turun hingga 11 persen dalam waktu 5 tahun kedepan. Hal itu tentunya dapat dilakukan dengan mengangkat potensi daerah utamanya potensi tambang dengan menggandeng pihak ketiga termasuk perusahaan BUMN Semen Indonesia untuk mendirikan pabrik di Rembang.
Abdul Hafid menjelaskan bahwa semenjak Semen Indonesia mendirikan pabrik di Rembang jumlah penolak pabrik hanya 10 persen, sebagian besar warga malah mendukung pendirian pabrik. Pemerintah Rembang telah mentaati segala aturan terkait pembangunan pabrik semen di Rembang.
Dwi Joko perwakilan warga Desa Tegaldowo, yang berprofesi sebagai guru, di hadapan Menteri BUMN mengaku telah tinggal selama 30 tahun di Desa Tegaldowo. Tahun 1988 tepatnya kondisi desa Tegaldowo sangat miskin, tidak ada listrik, sarana jalan tidak baik. Sehingga waktu itu terjadi perkawinan dini dan taraf hidup masyarakat sangat miskin.
Namun sejak tahun 1996 dengan adanya penambangan di daerah tersebut, taraf hidup warga menjadi meningkat. Banyak warga yang bekerja sebagai penambang.
Melihat hal demikian warga menyambut baik masuknya Semen Indonesia membangun pabrik di wilayahnya. “Kami berharap desa kami semakin maju nantinya dengan adanya pabrik Semen Indonesia Ini, Terkait isu lingkungan sebagai dampak, Semen Indonesia memiliki teknologi canggih dalam hal penambangan layaknya di pabrik Tuban yang kapan lalu kita kunjungi,” ujarnya.
Ditambahkan Dwi, di Tuban air melimpah ruah, sawah dapat panen hingga tiga kali dalam satu tahun. Dia yakin berkaca pada pabrik yang ada, penambangan Semen Indonesia tidak merusak lingkungan jelasnya.
Sementara Tri Ningsih warga lainnya yang juga warga Timbrangan mengatakan bahwa warga ring satu utamanya yang menolak pembangunan pabrik semen, sekarang berpenampilan berbeda dari warga biasanya. Biasanya warga setempat kebanyakan mengenakan hijab namun mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan mengenakan sanggul kepala.
“Semenjak ada polemik pabrik semen ini. Pakaian serba hitam dan bersanggul selalu mereka gunakan ketika mereka sedang beraksi menolak pabrik semen,” ujarnya.
Mendengar pernyataan warga dan bupati tersebut Rini mengaku mendapat masukan berguna yang nantinya akan diteruskan ke presiden.(jos/iss)