Khofifah Indar Parawansa Menteri Sosial (Mensos) akan menjadikan manajemen pascapenutupan lokalisasi Dolly sebagai referensi untuk eks lokalisasi di daerah lainnya.
Mensos mengatakan, manajemen pengelolaan di eks lokalisasi Dolly ini akan dibawa hingga ke Kalimantan Timur. Yang mana di lokasi itu, baru saja dilakukan penutupan 22 lokalisasi prostitusi.
“Apa yg sudah dilakukan di Dolly bisa jadi salah satu referensi untuk daerah lain yg masih mencari format,” ujarnya usai mengunjungi pusat pembuatan kerupuk Samiler di Putat Jaya, Kamis (2/6/2016).
Mensos mengapresiasi upaya para relawan Melukis Harapan yang telah berinisiatif membuat usaha kreatif dan inovatif di kawasan eks lokalisasi Dolly sehingga muncul delapan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di lokasi itu.
“Keterlibatan relawan yang memulai usaha kreatif menjadi penting, untuk me-rebranding kawasan yang tadinya mendapat stigma lokalisasi prostitusi,” ujarnya.
Mensos mengatakan telah meninjau beberapa lokasi di Jatim selain di Surabaya, antara lain di Banyuwangi, dan Ponorogo.
“Saya ingin cari format konversi ekonomi baru bagi kawasan eks lokalisasi di daerah lain. Baik yang sudah menutup permanen maupun yang akan melakukan penutupan,” katanya.
Saat ini, kata Khofifah, masih tersisa 69 titik lokalisasi prostitusi di Indonesia. Mensos mengatakan, dulu Jatim adalah Provinsi dengan jumlah titik prostitusi tertinggi. Sedikit demi sedikiti, prostitusi itu sudah ditutup permanen.
“Terakhir di Mojokerto kemarin. Lalu Kaltim ada 22 lokalisasi ditutup serentak, kemarin. Yang tersisa di Jabar ada 11 titik, Kalteng ada 10 titik, dan Riau ada 9 titik,” ujarnya.
Kementerian sosial menargetkan, 69 titik lokalisasi prostitusi yang masih tersisa itu seluruhnya ditutup permanen pada 2019 mendatang. (den/rst)