Medsos Jangan Jadi Opium, Jadikan Vitamin

Prof. Dr. Ahmad Muzaki Sekjen PWNU Jawa Timur berharap, media sosial (medsos) yang saat ini menjadi bagian tidak terpisahkan dari perkembangan masyarakat, dapat menjadi vitamin, bukannya opium..

“Kalau jadi opium bisa berbahaya. Penggunanya akan mabuk dengan media sosial itu, akan mengalami ketergantungan. Ini yang seharusnya tidak boleh terjadi. Medsos dengan berbagai isinya itu, justru seharusnya jadi vitamin bagi penggunanya,” kata Muzaki.

Jadi vitamin bagi penggunanya ketika membutuhkan informasi atau data tentang sebuah persoalan atau kasus-kasus tertentu yang sedang berkembang di tengah masyarakat. “Jika medsos menjadi vitamin bagi penggunanya, maka akan banyak keuntungan yang didapat penggunanya,” kata Muzaki.

Oleh karena itu, lanjut Muzaki masyarakat juga wajib memperhatikan banyak hal serta berbagai pertimbangan agar tidak sampai menjadikan medsos layaknya opium yang terus menerus dikonsumsi hingga mengalami ketergantungan.

“Mending kalau informasinya benar, dan teruji. Kalau ternyata masih perlu diklarifikasi atau butuh konfirmasi ulang, maka data yang ada di medsos akhirnya menjadi tidak bagus. Menjadi tidak memberikan manfaat bagi penggunanya. Ini yang berbahaya,” lanjut Muzaki.

Agar medsos tidak kebablasan dan menjadi opium bagi penggunanya, kata Muzaki dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk melakukan pengaturan agar masyarakat tidak dirugikan, sekaligus masyarakat juga belajar untuk menjadi cerdas dalam penggunaan medsos itu sendiri.

“Pemerintah perlu hadir. Bukan sekedar membatasi medsos. Tetapi ada arahan atau aturan yang menjadikan medsos tidak asal dan main hajar saja. Di sisi lain, masyarakat juga perlu terus diedukasi agar dapat memilih dan memilah konten medsos sehingga memberikan manfaat,” pungkas Muzaki.

Prof. Dr. Ahmad Muzaki, Sabtu (3/12/2016) hadir menjadi satu diantara nara sumber membahas Citra Islam Rahmatan Lil Alamin dalam Media Mainstream dan Media Sosial dalam Tatanan Ekonomi Indonesia dan Global yang digelar Pasca Sarjana Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.(tok/iss)