Pengendalian penduduk di Jawa Timur hingga saat ini masih terkendala banyaknya pasangan yang menginginkan anak lebih dari dua. Selain itu, meski tingkat pengetahuan tentang KB tinggi, namun kesadaran untuk menjadi peserta KB ternyata masih cukup rendah.
“Pendataan terakhir menunjukkan jumlah anak yang diinginkan dari setiap keluarga di Jawa Timur sekitar 2,7 sampai dengan 2,8 anak,” kata Dwi Listyawardani, Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur, di sela-sea sosialisasi kebijakan BKKBN di kantornya, Kamis (10/3/2016). Pendataan terakhir ini merupakan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012.
Tingkat pengetahuan KB dan alat kontrasepsi masyarakat Jawa Timur sebenarnya sangat tinggi karena mencapai 98 persen dari pasangan usia subur. Sayangnya perilaku untuk menjadi peserta KB hanya 57,9 persen.
Dua hal ini yang dinilai sebagai masalah utama proses pengendalian penduduk. Apalagi, angka putus pakai KB juga masih tinggi dan mencapai 27,1 persen.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2015 juga diketahui jika 48,01 persen masyarakat Jawa Timur menikah pada usia kurang dari 20 tahun. Bahkan 27,07 persen wanita di Jawa Timur hamil sebelum berusia 20 persen.
Dari data yang dimiliki BKKBN Jawa Timur juga diketahui jika kepesertaan KB pria di Jawa Timur ternyata hanya 2 persen.
Untuk meningkatkan kepesertaan KB, BKKBN akan melakukan pemberdayaan serta menggerakkan seluruh masyarakat dalam program yang telah disusun. Jumlah SDM operasional juga akan ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. (fik/dop/rst)