
Dimata Ilham J. Baday seniman, setiap manusia punya kesempatan kedua. Kesempatan untuk memperbaiki apapun. Cinta, duka, jiwa, dan itu dituangkannya dalam Second Chance.
Manusia tidak selalu berada pada posisi yang sesuai dengan apa yang dimauinya. Berputar bagai roda sepertinya memang bagian perjalanan kehidupan setiap manusia. Dan kesempatan kedua selalu dianggap kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Perlu dimaknai.
“Ketika dokter memberikan informasi bahwa harus diopname di rumah sakit, pikiran dan jiwa ini tidak terima. Berontak. Tapi kalah. Di tengah situasi antara hidup dan mati itu, rasanya bersyukur karena diberikan kesempatan kedua melanjutkan hidup, dan itu menjadi sangat-sangat berharga,” ujar Ilham Jubair Baday.
Lalu, pada perenungan perjalanan hidup itu Ilham mendapati ada orang-orang terkasih, teman-teman sejati, yang terus menerus tiada henti memberikan support dan dukungan agar dirinya sembuh dan melanjutkan hidup yang sudah terlanjur dijalaninya.
Karya berjudul Blood Machine misalnya, sangat jelas bercerita bagaimana karya yang sebelumnya sudah rampung tahun 2009 itu, kemudian dihancurkan, dirusak, dan dipermak sedemikian rupa menjadi karya baru yang lebih menarik. Lebih mewakili jiwa Ilham J. Baday yang gundah.
“Banyak kejadian yang menjadikan hidup ini ternyata lebih berarti. Lebih berharga, dan lebih membahagiakan, dan harus dilanjutkan. Istri sedang hamil saat itu. Dan setelah sembuh karya baru kemudian lahir, dan Blood Machine itu satu diantara contohnya,” kata Ilham.
Dan 15 karya yang dipamerkan pada Second Chance, bagi Ilham adalah perjalanan hidupnya untuk memenuhi kesempatan kedua yang diberikan sang pencipta semesta. “Karya-karya ini memang sebelum dan setelah sakit,” ujar Ilham saat berbincang dengan suarasurabaya.net.
Sedangkan pameran karya Ilham J. Baday sendiri digelar di Galeri Prabangkara kompleks Taman Budaya Jawa Timur.(tok/rst)