Rudy (bukan nama sebenarnya), 40 tahun, mantan perampok dan penjambret memaparkan modus-modus yang dulu dia gunakan untuk melakukan aksinya.
Saat menjambret biasanya Rudy melakukan aksinya sendirian atau bersama seorang temannya. “Kalau sendirian, saya naik motor sambil melihat-lihat sasaran. Kalau ada korban yang bisa `dimakan` saya putar balik,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (19/4/2016).
Korban yang diincar Rudy adalah perempuan yang sendirian, membawa tas dan mengenakan perhiasan. “Saya buntuti dari awal ketemu, sampai dia berhenti di mana. Saya beraksi setelah korban sampai di tempat yang ideal, seperti di pinggir-pinggir pasar. Aman atau nggak,” katanya.
Rudy juga telah memasang pelat sepeda motor palsu sejak keluar dari rumahnya. Dia juga mengaku selalu mempersiapkan terlebih dahulu rute untuk melarikan diri karena sering dikejar masyarakat dengan sepeda motor.
“Setelah `mutus` (menjambret, red) kita larinya harus ke mana, sekitar 200 meter, saya harus lari ke mana. Awalnya jalan utama, langsung masuk gang-gang. Kadang kita lari ke selatan, langsung balik kanan untuk mengalihkan orang,” kata dia.
Sementara, jika menjambret berdua, kata dia, modusnya banyak. Satu di antaranya dengan berpura-pura menjadi pengantar undangan pernikahan atau khitanan. “Kita jalan pelan-pelan, kelihatan ada orang pakai perhiasan di depan rumah, lalu kita turun pura-pura tanya nama orang. Begitu lengah langsung kita sikat,” ujar dia.
Karenanya Rudy mengimbau agar masyarakat waspada kalau ada orang yang tidak dikenal, tiba-tiba bertanya. “Juga jangan pakai perhiasan berlebih,” kata dia.
Menurutnya, saat ini penjambret lebih sadis daripada saat dia masih beraksi. “Anak-anak sekarang itu mabuk dulu pakai obat koplo dulu, sadis, melukai korban. Saya dulu gak pernah melukai korban. Gak minum apalagi obat,”
Dulu, selama menjambret, Rudy mengaku tidak pernah membawa senjata. Seluruh korbannya juga tidak melawan dan dia juga belum pernah tertangkap.
“Alhamdulillah selamat, lolos. Ya dilempar batu, dihalangi bambu wong namanya kampung. Dipukul di atas mobil juga lolos. Kalau diteriaki maling, itu sudah biasa. Sebenarnya panik, tapi saya bikin biasa aja,” katanya.
“Saat merampok, saya baru membawa senjata untuk berjaga-jaga kalau ada penjaganya,” tambahnya.(iss/ipg)