Jumat, 22 November 2024

Mahasiswa Widya Mandala Ciptakan Filtrasi Asap Sederhana Tanpa Efek Samping

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Erlina memperagakan alat filtrasi asap karyanya. Foto: Humas UKWMS

Erlina Wati Halim mahasiswi Fakultas Teknik Elektro angkatan tahun 2012 Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) berinovasi menciptakan alat filtrasi asap yang cukup unik.

Filter asap karya Erlina terdiri dari kotak menyerupai lemari kayu, dengan dua kipas angin (exhaust fan) yang satu diantaranya berfungsi menyedot asap masuk ke dalam alat. Sedangkan satu kipas lagi berfungsi menghembuskan udara yang telah difiltrasi keluar dari alat, serta karbon aktif sebagai media filtrasinya.

Alat karya Erlina tersebut juga dilengkapi sensor mq7 yang berfungsi untuk mendeteksi gas Karbon Monoksida (CO) dengan batasan konsentrasi yang bisa diatur untuk memfiltrasi asap.

Erlina menjelaskan bahwa cara kerja alat karyanya tersebut cukup sederhana. Alat yang memiliki panjang 60cm, lebar 40cm dan tinggi 1,2 meter ini disambungkan dengan aliran listrik. Pada saat uji coba, menggunakan batas aman maksimal 50 PPM untuk kadar CO.

“Angka tersebut diadaptasi dari batas aman yang digunakan ISPU (Index Standart Pencemaran Udara),” terang Erlina. Pada saat mendeteksi adanya asap dengan kadar CO mulai 50 PPM ke atas, alat akan secara otomatis melakukan filtrasi terhadap asap.

Dalam proses filtrasi, lanjut Erlina karbon aktif yang berbentuk meyerupai kerikil arang tersebut berperan sangat penting dalam filtrasi asap. Setelah proses filtrasi, alat tersebut akan menghembuskan udara yang lebih bersih. Waktu yang dibutuhkan untuk proses filtrasi menyesuaikan kadar CO yang terdeteksi.

“Misalnya pada kadar 115 PPM, maka alat akan terus bekerja sekitar selama 34 menit non stop. Sedangkan kadar 50 PPM hanya butuh proses filtrasi selama sekitar 12 menit. Alat akan secara otomatis berhenti bekerja (kembali dalam posisi standby) saat mencapai batas 30ppm yang menandakan bahwa udara sudah berada dalam keadaan benar-benar aman untuk dapat dihirup manusia,” terang Eerlina.

Mahasiswi dalam bimbingan Lanny Agustine ST., MT., dan Andrew Joewono ST., MT., ini mengatakan bahwa karyanya memiliki kelebihan tidak ada efek samping karena menggunakan komponen karbon aktif di dalamnya.

“Selain itu, meskipun tidak dijalankan tanpa sensor, alat tersebut tetap bisa menjalankan fungsinya sebagai penyaring asap,” tutur Andrew Joewono dosen pembimbing Erlina saat ditemui suarasurabaya.net, Kamis (8/9/2016).

Meski masih belum sempurna benar, kata Andrew Joewono alat temuan Erlina ini masih perlu dikembangkan lagi dan diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.(tok/fik)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs