Minggu, 19 Januari 2025

Lampaui Target Nasional, Petani Lumajang Sumbang 480 Ribu Ton Padi

Laporan oleh Tito Adam Primadani
Bagikan
Ilustrasi. Petani sedang menggiling padi. Foto : beritadaerah.co.id

Produktivitas padi yang dihasilkan petani Lumajang pada musim tanam tahun ini cukup menggembirakan. Bahkan, hasil panennya telah melampaui target produktivitas nasional sebanyak 480 ribu ton padi dari target yang ditetapkan sebanyak 460 ribu ton.

Paiman Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Sabtu (29/10/2016), mengatakan bahwa capaian produktivitas padi ini terjadi di tengah iklim yang tidak bersahabat karena terjadi fenomena kemarau basah atau Lanina.

“Namun faktor cuaca tidak terlalu berdampak dari sisi produksi. Meski ada hasil panen yang kualitas agak berkurang. Yang jelas, dari hitungan nominatif, kami mencukupi target nasional. Petani sudah menghasilkan 480 ribu ton dari target 460 ribu ton,” kata Paiman kepada Sentral FM.

Produktivitas sebanyak itu, kata Paiman, dihasilkan dari masa tanam (MT) tahun 2015 hingga 2016 yang diawali bulan Oktober 2015, Maret 2016, April 2016 sampai September 2016.

Dia juga mengatakan, pada musim tanam tahun ini juga terjadi puso atau gagal panen pada lahan pertanian di beberapa Kecamatan. Diantaranya di wilayah Kecamatan Yosowilangun, Tempursari, Kota Lumajang dan lainnya. Gagal panen ini terjadi karena tiga sebab, diantaranya lahan terendam banjir, serangan hama tikus dan wereng.

Seluruh lahan yang puso telah diikutkan Asuransi Usaha Tanaman Pangan (AUTP) sehingga kerugiannya bisa terkover. AUTP diikutkan petani dengan membayarkan premi sebesar Rp. 36 ribu perhektarnya.

Sementara itu, luas lahan yang telah dikover AUTP karena gagal panen tahun ini mencapai 2.500 hektar. Dari lahan seluas situ, lahan yang terkena hama, baik wereng maupun tikus hanya berkisar 10 hektar saja. Sisanya tergenang banjir.

“Petani yang sawahnya mengalami kerusakan maksimal 70 persen akan mendapatkan klaim asuransi senilai Rp6 juta dalam bentuk uang tunai untuk menanam kembali. Namun klaim itu akan melalui proses. Ada pelacakan ke lapangan dan lainnya,” katanya.

Namun dengan digitasi lahan pertanian yang sudah dilakukan di Kabupaten Lumajang, kata Paiman, maka pelacakan ke lapangan tidak harus dilakukan dengan datang langsung ke lokasi.

“Cukup dilakukan dengan meminta titik koordinat lahan yang gagal panen karena bisa langsung diakses,” ujarnya.

Untuk masalah serangan hama, menurut Paiman, faktor kemarau basah dengan kelembaban tanam menjadi penyebabnya. Karena adanya ruang untuk angin-angin, sehingga memicu serangan hama.

“Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah serangan hama lanjutan adalah dengan menjaga kebersihan lahan. Semisal menanam rumput gajah, tidak harus menempel dengan tanaman padi. Harus dilokalisir, tidak boleh mengelilingi semua galengan. Sebab kalau mengelilingi, maka tikus akan menyebar,” katanya.

Memasuki bulan Oktober yang merupakan periode masa tanam tahun 2016 sampai 2017, Disperta Kabupaten Lumajang akan kembali mengenjot produkltivitas padi. Ada beberapa varietas baru padi yang akan diuji-cobakan untuk meningkatkan provitasnya.

“Saya bicara tentang provitas, tidak berpikiran bahwa 1 hektar menghasilkan 6,1 ton. Tapi harus berani 10 ton dengan padi varietas baru. Seperti contohnya varietas genjah yang bisa dipanen pada umur 70 sampai 80 hari. Hasil panen, jumlah bulirnya banyak. Dari padi biasa 150 butir menjadi 400 butir. Lokasi percontohannya di Lumajang 40 hektar, yang terdiri dari 10 hektar padi genjah dan 30 hektar untuk varietas malay yang bisa mencapai 600 butir padi di setiap bulirnya,” katanya. (her/tit/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Surabaya
Minggu, 19 Januari 2025
29o
Kurs