Kota Surabaya yang memang diberkahi Tuhan sebagi Kota Pesisir atau kota maritim, sehingga memberikan pengaruh perilaku pada masyarakatnya yang selalu terbuka, seperti garis pantai yang sejajar.
Nilai demokratis lebih tumbuh, dan itu modal sosial yang menjadikan Surabaya berkah rejeki. Karena mulai tahun ini kedepan nanti konsep pertemuan internasional dan nasional lebih banyak dipusatkan di Surabaya.
Satu di antaranya adalah kekuatan masyarakat di Surabaya di kampung-kampung yang ramah oleh karena kondisi alam tersebut.
Surabaya itu tumbuh dengan pelabuhan-pelabuhan yang secara otomatis mempertemukan masyarakat pedalaman dengan masyarakat laut yang kemudian membentuk watak masyarakat Surabaya menjadi terbuka dan siap dengan adanya perbedaan.
Cak Kadaruslan tokoh masyarakat Surabaya, pernah menyampaikan bahwa orang-orang kampung sangat akrab dengan sebutan-sebutan khusus yang terkait dengan kondisi fisiknya. Misalnya panggilan Mat Pincang untuk seseorang yang kakinya cacat.
Mereka tidak tersinggung, oleh karena keakraban perasaan dan jiwanya yang didasari dengan keterbukaan.
Itu yang memunculkan keguyuban yang luar biasa di antara masyarakat. Keguyuban itu juga hasil metafor alam Surabaya sendiri.
Nurcholis Madjid almarhum pernah menyampaikan masyarakat di Surabaya terbiasa dengan demokrasi oleh karena adanya pertemuan dua budaya masyarakat yang berbeda tersebut. Berbeda itu biasa.
Terkait UN Habitat masyarakat pasti akan menyambut dengan gembira dan ramah para tamu yang hadir dari berbagai negara dunia tersebut.
Generasi muda saat ini masih memiliki sifat-sifat egaliter itu. Oleh karena itu upaya-upaya yang dilakukan masyarakat dalam kaitanya dengan sejarah kota ini perlu terus dilakukan. Agar nilai-nilai itu tidak luntur dan hilang. Harus ditumbuhkan terus.
Karena serangan globalisasi yang sangat individual itu datangnya dari mana saja, dan hadir diruang-ruang privat masyarakat khususnya anak muda. Kehadiran game online terbaru misalnya itu akan sebentar saja karena filter anak muda Surabaya sudah ada.
Budaya baru seperti itu bakal diformulasikan menjadi budaya atau karakter Surabaya sendiri.(tok/ipg)