Senin, 25 November 2024

Kiat Mencegah Depresi Pascamudik Lebaran

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi.

Momentum Lebaran meninggalkan beragam kenangan indah dan kesenangan tak terlupakan. Pascamudik Lebaran menyisakan berjuta problematika kehidupan yang bila tidak segera diatasi berujung depresi tak berkesudahan.

“Lebaran adalah ritual tahunan, bukan perayaan wajib. Namun, uniknya semua orang senantiasa berjuang mati-matian untuk dapat berlebaran di kampung halaman,” kata dokter Dito Anurogo seperti dilansir Antara, Rabu (13/7/2016).

Ada yang rela menghabiskan dana berjuta-juta demi bakti kepada orang tua, berkumpul, bersilaturahmi dengan tetangga, reuni dengan sahabat lama.

Apapun ditempuh, demi merayakan kemenangan dan kembali kepada kesucian diri. Ibarat pesta, Lebaran memang pantas dirayakan. Meskipun semua tahu bahwa pesta pasti berakhir.

“Pestapora” itu pun seketika menjelma “bencana”, terutama bila berjuta problematika menghadang di depan mata, terutama pascamudik Lebaran. Sebutlah dari kehabisan tiket pulang, merasakan macet yang luar biasa, cucian yang menumpuk, banyak tugas kantor yang belum terselesaikan, belum bukanya toko atau swalayan di dekat rumah.

Beruntunglah mereka yang terbiasa mandiri. Namun, bagi yang terbiasa dibantu asisten rumah tangga, pascamudik Lebaran ibarat “hantu” yang memusingkan. Mulai dari undangan silaturahmi bertubi-tubi, berdatangan tamu ke rumah untuk bersilaturahmi, berantakannya rumah akibat lama ditinggal mudik ke kampung halaman. Semua ini dapat berujung depresi, terutama bila mekanisme coping (pertahanan diri) lemah.

Penulis 18 buku tentang kesehatan itu menegaskan bahwa depresi merupakan penyakit multifaktorial yang melibatkan faktor-faktor biologis (termasuk genetika dan biologi molekuler), sosial, dan psikologis.

Gangguan pada aspek biologis, lanjut Dito, terlihat dari gangguan tidur, perubahan selera makan, dan disharmoni seksualitas bagi yang telah menikah.

Menyinggung gangguan pada aspek psikologis, menurut dia, terdeteksi dari gangguan konsentrasi, mendadak menjadi pelupa, mudah lelah, mudah menyalahkan orang lain, sering berpikir negatif atau berpikir buruk, muncul ide untuk bunuh diri, serta merasa tidak berguna lagi dan masa depan suram.

Dokter Dito Anurogomerumuskan akronim “CEGAH DEPRESI” sebagai strategi efektif untuk upaya preventif depresi sejak dini. Penjelasannya sebagai berikut:

C = Cari berbagai alternatif kegiatan yang positif dan produktif (membaca, menulis, menerjemahkan literatur asing, memasak, menjahit, menenun, menganyam, berkebun, dsb)

E = Enyahkan pikiran, prasangka, dan asumsi negatif, milikilah paradigma berpikir (mindset) yang visioner namun tetap membumi.

G = Gali dan dan maksimalkan potensi diri, libatkan keluarga, sahabat, dan tetangga terdekat.

A = Andalkan Allah sebagai tempat bersandar/berharap.

H = Hobi dilakukan secara profesional sehingga menjadi hoki.

D = Damaikan diri dengan implementasi kitab suci di kehidupan sehari-hari, mendengarkan melodi, sejenak relaksasi, dan melakukan kegiatan yang tidak bertentangan dengan nurani.

E = Empati dan simpati senantiasa ditumbuhkembangkan dari hati, salah satunya dengan cara menjadi relawan atau berderma dalam arti luas.

P = Persahabatan dan persaudaraan dengan semua orang tetap dibina dan dipertahankan tanpa pilih kasih.

R = Rajin bersilaturahmi, memeriksakan diri ke dokter, serta mengikuti seminar tentang depresi dari para ahli.

E = Etos kerja dioptimalisasi, diharmonisasikan, dan dikolaborasikan dengan etos kebudayaan sehingga tercipta peradaban dunia yang lebih beradab.

S = Seimbang, serasi, selaras di dalam olahraga, olahrasa, olahkarsa, olahjiwa.

I = Ingatlah bahwa dilema dan problematika hidup adalah cara Allah mendewasakan umat manusia.

Dengan penatalaksanaan yang komprehensif, berkesinambungan, dan strategi pencegahan yang paripurna, menurutnya, maka masyarakat dapat menikmati aktivitas pascamudik lebaran tanpa depresi.(ant/iss/

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
29o
Kurs