Jumat, 22 November 2024

Kesenjangan Budaya Sebabkan Minat Baca Indonesia Rendah

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Dok. suarasurabaya.net

Dhahana Adi penulis buku Surabaya Punya Cerita menilai, rendahnya minat membaca anak-anak disebabkan adanya kesenjangan budaya lintas generasi.

“Dulu saya sangat senang diajak ke toko buku. Saya bisa beli berbagaio macam buku. Selain itu dulu orang tua kita suka cerita atau mendongeng. Ini merangsang anak untuk mencari kebenaran cerita itu. Misalnya cerita tentang Ramayana. Akhirnya anak akan mencari tahu di toko-toko buku atau di perpustakan. Mau nggak mau itu akan mengembangkan imajinasi,” katanya kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (17/4/2016).

Menurutnya, ada tiga faktor yang berpengaruh pada minat baca anak-anak, yaitu lingkungan, keluarga dan media.

“Media yang kurang menggelorakan minat orang untuk baca. Majalah-majalah yang dahulu mengedukasi anak-anak juga hampir tidak ada lagi. Sekarang lebih banyak entertainnya,” ujar dia.

Dia berharap literasi tidak hanya dipahami sebagai teks, tetapi bagaimana membuat masyarakat lebih “melek” literasi. “Seperti misalnya menggelorakan puisi melalui Instagram. Itu bagus,” kata dia.

Ipung menambahkan, pemerintah harus mendorong terus dan bukan hanya sebagai gerakan sporadis. “Harus ada kontrol seberapa jauh gerakan itu berhasil atau tidak,” ujarnya.

Perlu diketahui, berdasarkan data UNESCO pada tahun 2012, indeks minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,0001. Artinya, tiap 1.000 orang Indonesia, hanya satu yang punya minat baca.

Sementara data Badan Pusat Statistik 2012 menyebutkan 90 persen lebih penduduk usia 10 tahun ke atas, lebih suka nonton televisi daripada membaca. Baik membaca koran, buku, atau majalah.(iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs