Sabtu, 23 November 2024

Kemiskinan Jatim Harus Diatasi dengan Kasih Sayang

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Teguh Pramono Kepala BPS Provinsi Jawa Timur. Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Teguh Pramono Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jatim mengatakan, penanganan penduduk miskin di Jatim sudah dalam tahap harus ditangani secara karitatif (bersifat memberi kasih sayang).

“Artinya, saya menduga kemungkinan besar orang-orang yang pada taraf miskin ini, terutama di perdesaan, adalah orang-orang yang sudah sepuh atau sudah tua,” katanya, Senin (18/7/2016).

Karenanya, penduduk miskin yang terutama berada di perdesaan ini kalau diberi pekerjaan, atau disuruh mengerjakan proyek padat karya, sudah tidak lagi memiliki kemampuan. Inilah, yang menurut Teguh menjadikan kemiskinan di perdesaan relatif lebih sulit diberantas.

“Sehingga, perlu ada bantuan-bantuan secara langsung dari Pemerintah, yang diberikan kepada mereka, untuk memperbaiki kondisi kemiskinannya,” ujarnya.

Namun, Teguh mengatakan perlu melakukan penelusuran lebih lanjut apakah betul penduduk miskin di Jatim yang jumlahnya masih 4,70 juta jiwa atau 12,05 persen dari total penduduk ini memang berusia lanjut.

Meski demikian, penciptaan lapangan pekerjaan baru di pedesaan, menurutnya tetap harus dilakukan oleh pemerintahan setempat maupun Pemprov Jatim.

“Karena sebagian besar masyarakat pedesaan ini kan bekerja serabutan, ya. Tidak menentu. Dan seperti yang saya bilang, sumber penghasilan di pedesaan ini memang masih sedikit,” katanya.

Program Pemerintah Provinsi Jatim, kata Teguh, perlu menaruh perhatian kepada para petani miskin atau petani gurem di perdesaan agar jumlah penduduk miskin di desa semakin berkurang.

Sebelumnya diberitakan, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Jatim hingga Maret 2016 menunjukkan penduduk miskin perkotaan menurun 0,47 persen poin, sedangkan penduduk miskin di perdesaan naik 0,17 persen poin.

Peningkatan penduduk miskin di perdesaan, kata Teguh, disebabkan oleh beberapa faktor kemungkinan penyebab. Kalau dilihat secara komoditi, barang yang dibeli oleh masyarakat desa cenderung lebih mahal karena ada tambahan biaya transportasi.(den/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs