Sabtu, 23 November 2024

Kemenristekdikti Revisi Pembangunan Science and Technology Park

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Para pejabat Kemenristekdikti dan ITS Surabaya. Foto: Humas ITS Surabaya

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) merevisi target pembangunan science and technology park (STP) dari 100 STP hingga 2019 menjadi 60 STP. Revisi ini tidak berpengaruh terhadap rencana pembangunan STP di lingkungan perguruan tinggi.

Itu disampaikan Dr Ir Patdono Suwignjo MEngSc PhD, Dirjen Kelembagaan Kemeristekdikti,dalam Forum Koordinasi Nasional – Transfer Teknologi dan Inkubasi Bisnis yang digelar di Auditorium Sinar Mas Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Senin (3/10/2016).

Patdono mengungkapkan hal itu menjawab pertanyaan peserta tentang target 100 STP yang dinilai terlalu ambisius. Karena di beberapa negara termasuk di Taiwan, pada awal dikembangkannya STP jumlahnya tidak terlalu besar.

Patdono menjelaskan bahwa revisi target itu tidak terpengaruh dengan rencana pembangunan STP di lingkungan perguruan tinggi. “Untuk perguruan tinggi yang kini sudah hampir lulus menjadi STP atau dinyatakan berhasil ada tiga kampus masing-masing ITB, IPB dan UGM. Lainnya segera menyusul untuk disiapkan, termasuk ITS,” kata Patdono.

ITS sendiri, seperti disampaikan Prof Ir Joni Hermana MScES PhD., Rektor ITS, dalam sambutannya, sudah merintis STP yang sebelumnya diberi nama technopark sejak tahun 2003 lalu.

“Hasilnya memang belum terlihat, tapi cikal bakal itu terus tumbuh. Karena itu kami berharap dengan adanya program STP dari Kemenristekdikti, tingkat keberhasilannya bisa segera dirasakan,” kata Joni.

Sementara itu, dari pengalaman di Taiwan, seperti disampaikan Chih-Han Chang dari National Cheng Kung Univeristy (NCKU) Taiwan, STP yang dibangun di negaranya tidak bisa dalam waktu sekejap, tapi butuh waktu dan perhatian yang serius.

Chang menyampaikan pada awal-awal dikembangkannya STP, Chang hanya menangani tiga sampai empat startup di lembaga inkubasinya. Tapi tahun-tahun berikutnya berkembang pesat dan mengalami kenaikan yang luar biasa. Dan ditahun 2015 lalu sudah ada 180-an industri yang tergabung dalam inkubatornya.

Chang juga menjelaskan, ada persoalan-persoalan yang juga menjadi kendala di negaranya dalam membangun STP. Diantaranya adalah faktor ketidakpercayaan kalangan perguruan tinggi terutama para profesor atau akademisi yang memiliki paten untuk diserahkan kepada industri untuk komersialisasi temuannya.

“Karena itu yang harus dibangun adalah kepercayaan antara kedua belah pihak, baik itu pemilik paten di perguruan tinggi maupun kalangan dunia industri,” kata Chang.

Chang menambahkan di Taiwan saat ini, satu diantara indikator di perguruan tinggi bukan lagi berapa banyak paten yang dihasilkan dari para dosennya, tapi digeser pada indikator berapa banyak uang yang diperoleh dari jumlah patennya.

Untuk itu saat ini ITS Surabaya sedang menyiapkan proposal STP untuk penguatan hasil riset dan inovasi, mendukung program hilirisasi yang menjadi salah satu amanat Kemenristek Dikti, dalam kerangka ITS menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH).

Prof Dr Ketut Buda Artana, ST., M.Sc., Wakil Rektor IV Bidang Peneilitain, Inovasi dan Kerjasama, mengatakan, sebagai PTNBH ITS telah menyiapkan strategi dalam bentuk transformasi beberapa pusat studi dan pusat unggulan inovasi menjadi STP.

“Kami kini sedang menyusun master plan untuk itu bersama Kemenristekdikti. Lahan dan sebagian bagunan sudah kami siapkan. Pertemuan dalam forum koordinasi ini adalah salah satu langkah ke arah untuk merealisasikan STP itu,” ujar Prof Dr Ketut Buda Artana, ST., M.Sc.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
29o
Kurs