Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wakil Gubernur Jawa Timur mengaku kagum dengan efesiensi operasional pelabuhan yang ada di Polandia. Waktu yang dibutuhkan untuk bongkar muat barang sampai pelabuhan (dwelling time) sangat cepat dan bisa dikendalikan sumberdaya manusia yang tidak banyak.
“Di sini (Polandia), pengelolaan semuanya ada di tangan otoritas pelabuhan,” katanya Gus Ipul dalam keterangan pers setelah mengunjungi Gdanks Port dan Galangan Kapal Crist di Propinsi Promenia, Polandia, Sabtu (26/11/2016).
Pelabuhan yang terletak di daerah Gdynia ini merupakan pelabuhan terbesar di kawasan Baltik. Luasnya sebesar pelabuhan Tanjung Perak. Pelabuhan ini bisa disandari jenis post panamax dengan kapasitas muat 5000 TeUs. Jenis ini juga bisa masuk ke Tanjung Perak.
Hanya saja, pelabuhan di Polandia ini punya kelebihan dwelling time yang jauh lebih singkat dari di Indonesia. Masa tunggu hanya nol, sedangkan dwelling time 8 jam. Sementara Tanjung Perak butuh waktu 2-5 hari dan dwelling time rata-rata 2-3 hari.
Julian Skelnik, Direktur Humas dan Urusan Luar Negeri mengatakan, pelabuhan sangat efisien karena sumberdaya manusia, serta fasilitas dan infrastrukturnya bagus. “Pelabuhan ini hanya dikelola 200 orang. Padahal, melayani bongkar muat 3 juta teus per tahun,” katanya.
Yang menarik, pelabuhan hanya mengurusi bongkar muat barang. Sedangkan urusan lain seperti bea cukai, keamanan, dan karantina berlangsung di luar pelabuhan. “Kalau ada masalah, maka menjadi tanggungjawab para pemilik
barang dengan instansi yang terkait,” kata dia.
Menurut Gus Ipul, hal itu yang membedakan antara manajemen pelabuhan di Polandia dan Indonesia. Tumpang tindih urusan administrasi dari berbagai instansi di dalam pelabuhan yang membuat manajemen pelabuhan di Indonesia tidak efesien.
“Tampaknya memang banyak hal yang harus dibenahi di pelabuhan kita,” tutur wakil gubernur yang juga Ketua PBNU ini.
Selain mengunjungi pelabuhan, delegasi Pemerintah Jawa Timur yang dipimpin Gus Ipul juga melihat galangan kapal (shipyard) Crist. Galangan seluas 28 hektar ini diproduksi 300 kapal dengan berbagai jenis sejak berdiri tahun 2010.
Yang menarik, galangan kapal ini semula murni milik swasta. Baru kemudian mereka menjual 30 persen sahamnya kepada pemerintah. Produksi kapal dengan berbagai jenis ini pesanan dari berbagai negara di Eropa.
Usai kunjungan kerja ke Polandia, Gus Ipul rencananya juga ke Hongaria untuk merintis hubungan dagang. “Pemprov Jatim akan memprioritaskan hubungan dagang dengan negara yang punya konsulat di Surabaya. Polandia dan Hungaria ini sudah punya konsul kehormatan. Berarti mereka melihat penting Jatim,” kata dia. (fik)